AirNav Indonesia Paparkan Inovasi UPRs di G20 Aviation Dialogue

Direktur Utama AirNav Indonesia Polana Banguningsih Pramesti dalam G20 Aviation Dialogue yang digelar Kementerian Perhubungan, 18-19 Oktober di Nusa Dua, Bali. (dok. airnavindonesia.co.id)

Direktur Utama AirNav Indonesia, Polana Banguningsih Pramesti memaparkan profil hingga inovasi in house yang diluncurkan AirNav pada sejak awal pandemi 2020, yaitu User Preffered Routes (UPRs).

Paparan tersebut dilakukan dalam G20 Aviation Dialogue yang digelar Kementerian Perhubungan, 18-19 Oktober di Nusa Dua, Bali.

Menurut Polana, inovasi tersebut telah diimplementasikan sejak 1 Juni 2020 yang lalu dan mendapatkan apresiasi khusus oleh Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA).

“Walaupun merupakan inovasi in house, selama masa perancangan hingga monitoring pelaksanaan dikolaborasikan dengan stakeholders terkait, yaitu Direktorat Navigasi Penerbangan dan IATA,” ujar Polana dalam kegiatan yang menjadi side event Presidensi Indonesia di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Indonesia 2022.

Polana menjelaskan, dalam perancangan dan monitoring pelaksanaannya, UPRs selalu dikolaborasikan dengan stakeholder terkait, yaitu Direktorat Navigasi Penerbangan dan IATA.

“Ini bertujuan untuk memaksimalkan tujuan utama dibangunnya inovasi ini, yakni untuk efisiensi penerbangan, khususnya bagi para pengguna jasa,” ungkapnya.

Baca juga :   Kabandara Liwur Bunga Larat Supriyono Sudah 27 Tahun Mengabdi

UPR adalah metode manajemen ruang udara dengan konsep free route airspace yang mampu menghasilkan rute-rute alternatif sebagai pilihan bagi maskapai dengan menyesuaikan arah angin, turbulensi, panjang rute dan lain sebagainya.

Polana menuturkan dalam presentasinya bahwa pesawat asing yang melintas di atas ruang udara Indonesia, apabila menggunakan prosedur UPR akan mendapatkan banyak manfaat.

Kemanfaatan itu antara lain efisiensi atas penggunaan bahan bakar, waktu tempuh yang lebih singkat, mereduksi jarak antar pesawat sehingga penggunaan ruang udara dapat dimaksimalkan dan yang tak kalah penting adalah mereduksi emisi gas karbon.

Satu dekade untuk AirNav Indonesia menjadi tantangan dan kesempatan baik bagi perusahaan untuk terus memperbaiki diri baik melalui inovasi, kolaborasi dan adaptasi dengan sumber daya sekitar.

Polana menegaskan bahwa perlunya mengelola keterbatasan dengan kemampuan yang dimiliki. “Situasi pandemi, tidak seharusnya membuat kita berdiam diri, tapi melalui situasi seperti itulah kita dituntut untuk mengelola kemampuan yang kita miliki hingga melahirkan inovasi yang layak digunakan oleh masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kemajuan teknologi dan intuisi perhitungan logika,” tegasnya.

Baca juga :   Angkasa Pura Airports Jadi Perusahaan Pertama Peserta Program Kepatuhan Persaingan Usaha

Pada hari pertama dalam rangkaian dua hari kegiatan dialog, pembahasan ditekankan kepada pemulihan sektor penerbangan yang menjadi salah satu alternatif pada pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

Sebagai satu-satunya penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia, AirNav Indonesia bertugas untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional penerbangan di ruang udara Indonesia dan sejumlah ruang udara negara lain yang berbatasan dengan wilayah udara Indonesia.

Secara umum, AirNav Indonesia mengelola ruang udara seluas 7,539,693 Km2. Luasan itu dibagi menjadi dua Flight Information Region (FIR) yang masing-masing dikelola oleh pusat pelayanan lalu lintas udara di Jakarta dan Makassar.

Di ruang udara seluas itu, berdasarkan data tahun 2019 (sebelum pandemi Covid-19), AirNav Indonesia melayani rata-rata 6,125 pergerakan pesawat udara per harinya, baik yang sifatnya take off atau landing, maupun penerbangan lintas (overflying) antarnegara. B

 

Komentar