Bengkel Pesawat Ramah Lingkungan Mulai Beroperasi di Bali

Kawasan gerbang luar Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali. (dok. bandara)
Bagikan

Bengkel pesawat udara yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan mulai beroperasi di area Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, dengan hasil kerja sama FL Technics Indonesia dan Angkasa Pura Property.

“Ini merupakan ekspansi terbaru yang dirancang untuk meningkatkan kapabilitas kami dalam melayani industri penerbangan,” ujar Presiden Direktur FL Technics Indonesia Martynas Grigas di hanggar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali.

Adopsi teknologi ramah lingkungan itu di antaranya adalah mototok spacer 8600 NG yang merupakan mesin towbarless aircraft pushback tug tanpa emisi.

Mesin itu digunakan untuk pemindahan pesawat derek dan dorong (towing dan pushback) dengan presisi tinggi.

Mototok Spacer 8600 NG menggunakan motor listrik AC 96V, dengan pengisian baterai hanya dalam tiga jam, mendukung hingga 30 kali pushback per pengisian.

Mesin itu memiliki daya dorong maksimal 105 ton dan kapasitas beban roda depan hingga 11 ton, sehingga cocok digunakan untuk pesawat jenis Airbus A320 dan Boeing 737.

Alat itu juga dilengkapi sistem kontrol jarak jauh, tampilan terintegrasi, pemantauan kinerja berbasis internet (interface IoT) dan proteksi terhadap kesalahan operasional, sehingga memungkinkan tim dapat bekerja lebih mudah, presisi dan efektif.

Fasilitas Maintenance (pemeliharaan), Repair (perbaikan) dan Operation (operasi) atau MRO pesawat udara itu berdiri di atas lahan seluas 17.000 meter persegi.

Di areal tersebut mampu menampung perawatan enam pesawat berbadan sedang sekaligus, dengan fokus utama melayani jenis Boeing dan Airbus.

Hangar itu dapat memberikan layanan cepat terhadap kebutuhan perbaikan pesawat yang mengalami gangguan teknis mendadak, sehingga dapat meminimalkan waktu pesawat gagal beroperasi.

Sementara itu, Direktur Utama PT Angkasa Pura Properti (APP) Ristiyanto Eko Wibowo menuturkan, fasilitas hanggar itu adalah yang pertama dibuka di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali untuk layanan MRO.

Ada pun fasilitas MRO FL Technics Indonesia yang pertama ada di Bandara Soekarno-Hatta dan beroperasi sejak 2016, pada lahan seluas 20.000 meter persegi.

Ristiyanto berharap kehadiran fasilitas tersebut dapat menggarap potensi pasar MRO dan menjadi pusat untuk wilayah Asia Pasifik dan Australia, seiring dengan banyaknya maskapai penerbangan internasional dari kawasan itu yang melayani rute Bali.

“Bandara Bali sudah dikenal sebagai salah satu destinasi dan ini menjadi hub penerbangan ke Australia, Hong Kong dan lainnya. Jadi, fasilitas MRO ini bagian dari ekosistem aviasi yang sudah selayaknya ada di Bandara I Gusti Ngurah Rai, melayani A sampai Z kebutuhan aviasi,” tuturnya.

Dia mengharapkan kehadiran fasilitas MRO itu mempercepat proses perawatan pesawat, mengurangi ketergantungan pada layanan luar negeri, serta memberikan dampak positif bagi maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia.

Selain itu, fasilitas yang dibangun kurang dari satu tahun sejak dimulai pada tahun 2023 diharapkan juga memberikan manfaat bagi perekonomian lokal dengan menciptakan lapangan kerja.  B

 

Komentar

Bagikan