Indonesia Bahas Potensi Terjadinya Pencemaran Minyak di Laut

Tumpahan minyak di laut Indonesia. (dok. kementeriankelautandanperikanan)

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menghadiri pertemuan tahunan Revolving Fund Committee (RFC) ke-41, yang digelar oleh Singapura selaku tuan rumah, Rabu (16/11/2022).

RFC Meeting ke-41 ini merupakan tahun pertama Singapura menjadi pengelola dana bergulir setelah serah terima dari Malaysia pada Desember tahun 2021.

Pada pertemuan ini, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Capt. Mugen S. Sartoto, mewakili Direktur Jenderal Perhubungan Laut selaku Head of Delegation (HOD Indonesia.

Indonesia menyampaikan keprihatinan akan musibah kecelakaan Kapal Tanker MT Young Yong berbendera Djibouti yang kandas di jalur pipa gas Singapura, dekat Pulau Takong Kecil, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada Oktober 2022.

“Kapal ini membawa muatan Sebanyak 284.429 ton minyak dan kandas di lokasi di mana terdapat jalur pipa gas bawah laut Indonesia ke Singapura, sehingga perlu diperlakukan dengan penuh kehati-hatian,” katanya.

Namun, Capt. Mugen menambahkan, Indonesia melalui KSOP Kelas I Tanjung Balai Karimun sebagai Mission Coordinator/On Scene Commander telah berhasil melaksanakan evakuasi kapal ke tempat aman tanpa adanya korban maupun tumpahan minyak.

Baca juga :   Presiden Jokowi Tandatangani Perpres tentang FIR untuk Kedaulatan Ruang Udara Indonesia

Mempertimbangkan kejadian itu, Capt. Mugen mengusulkan kepada ketiga Negara Pantai untuk dapat berjalan beriringan dalam menanggulangi segala potensi terjadinya tumpahan minyak di area tersebut, termasuk yang mungkin disebabkan oleh musibah Kapal Tanker MT. Young Yong, maupun potensi lain di masa depan.

“Dengan terus berkembangnya perdagangan dunia dan meningkatnya lalu lintas pelayaran, tugas untuk menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim di kedua selat ini ikut bertambah dan saya meyakini bahwa RFC telah terbukti berguna dan bermanfaat bagi Negara Pantai dalam penggunaan dan pemanfaatan dana itu,” tuturnya.

Lebih lanjut, Capt. Mugen menyatakan bahwa Indonesia juga memiliki keprihatinan tinggi dalam upaya menghadapi tantangan di sektor maritim, seperti cuaca buruk, risiko pencemaran minyak serta kecelakaan di laut.

Baca juga :   Layanan Angkutan Perintis Perlu Lebih Efisien dan Tepat Guna

Indonesia terus berupaya dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian petugas di bidang SAR, pemadaman kebakaran, menyelam, dan juga pelatihan pekerjaan bawah air sebagaimana IMO OPRC Training Level 2 dan Level 3.

Capt. Mugen juga menyampaikan selamat kepada Singapura atas serah terima kepemimpinan dari Malaysia dan menyampaikan apresiasi kepada Malaysia yang sudah berhasil mengelola Dana Bergulir sejak tahun 2017.

Menurutnya, apresiasi kepada Komunitas Maritim Jepang, kepada Malacca Strait Council (MSC) yang selama ini telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan perlindungan di Selat Malaka dan Selat Singapura secara efektif.

Indonesia mendukung penuh kepemimpinan Singapura dalam mengatur dan mengelola dana RFC dan saya menjunjung tinggi kerja sama antara Negara Pantai dan Negara Pengguna dalam menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim.

“Saya berharap Pertemuan ini dapat memperkaya pengetahuan dan meningkatkan kerjasama kita dalam perlindungan lingkungan, serta keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura,” jelas Capt. Mugen. B

 

Komentar