N219 Jadi Fokus Pembangunan Industri Dirgantara di IDF 2022

Pesawat jenis N219 milik PT Dirgantara Indonesia (PTDI). (dok. wikipedia.org)

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai mitra pelaksana Kementerian PPN RI/Bappenas dalam acara Indonesia Development Forum (IDF) 2022 di Movenpick Resort, Jimbaran, Bali menyelenggarakan Special Session dengan tema “Reviving the Aerospace Industries through Sustainable Aircraft Projects in Indonesia”.

Direktur Produksi PTDI Batara Silaban hadir sebagai pembicara yang mengangkat topik N219 Contract, Development, Industrial Set-up & Customer Support, bersama dengan beberapa pemangku kepentingan lainnya, seperti dari Kementerian Keuangan, PT Regio Aviasi Industri, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) dan PINA Pembiayaan Kreatif.

“Pesawat N219 dapat menjawab misi Presiden dalam hal pembangunan yang merata dan berkeadilan dengan menyediakan wahana konektivitas multimoda untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Menurut Batara, produksi tersebut kemudian juga dapat mendorong penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah yang belum berkembang.

Adapun pesawat N219 dapat dimaksimalkan pemanfaatannya baik di sektor militer, sipil, maupun komersial, pada 3 November 2022, PTDI berhasil memperoleh kontrak pengadaan sebanyak 11 unit pesawat N219 dari PT Karya Logistik Indotama.

Baca juga :   Bengkel Pesawat Pertama di Bali Mulai Dibangun dan Ditarget Selesai Juli 2024

Potensi kontrak lainnya di tahun 2023 adalah sebanyak 10 unit dari Kementerian Pertahanan/TNI AD dan tiga unit versi Amfibi dari Provinsi Kepulauan Riau.

Pada acara IDF 2022, ini Bappenas telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Industri Dirgantara Indonesia, sebagai bentuk dukungan untuk keberlanjutan projek-projek pesawat terbang, baik berupa produksi maupun pengembangan, khususnya pesawat N219.

“Kita menyongsong Indonesia sebagai industri dirgantara bisa mendorong sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian Indonesia, ini adalah poinnya,” jelas Batara.

Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan menyatakan, beberapa poin terkait master plan yang dituntut itu yang utama adalah riil produk, dalam hal ini kalau di industri dirgantara, caranya bisa menjadi negara perindustrian untuk pesawat turborop, khususnya pesawat penumpang dengan kapasitas di bawah 100 pax.

“Kita sudah mulai dengan N219, yang sebentar lagi akan disusul dengan N219 Amphibi yang diharapkan bisa menjadi pesawat untuk jembatan udara, konektivitas pulau-pulau yang jumlahnya mencapai 17.000,” ujarnya.

Baca juga :   Kemenhub Resmikan Kerja Sama AirNav Indonesia dengan Boeing

Kedua, yakni bersamaan dengan pesawat itu sendiri yang harus muncul ada industri jasa maintenance, repair and overhaul dan membangun ekosistem untuk menumbuhkan industri komponen.

“Ketiga adalah bagaimana industri nasional ini pada akhirnya harus masuk kepada industri global yang kompetitif,” ungkap Gita.

Pembahasan Special Session mengenai Reviving the Aerospace Industries through Sustainable Aircraft Projects in Indonesia ini diharapkan menghasilkan ekosistem komersialisasi N219 di Indonesia dan menindaklanjuti dukungan pemerintah dalam menggulirkan skema-skema pembelian pesawat N219.

Selain itu, menyinergikan lembaga pendidikan dan industri dalam meningkatkan kemandirian teknologi dan local content, salah satunya pada pesawat N219.

“Jadi, sesi ini dapat dijadikan sebagai ruang interaksi bagi para pemangku kepentingan tersebut, yang kemudian dapat dijadikan sebagai bahan tindak lanjut untuk disampaikan kepada pemerintah dalam mendukung penyusunan perencanaan pembangunan,” tuturnya. B

 

 

 

 

 

Komentar