
Sebagai pengelola bandara berkelas dunia, InJourney Airports berkomitmen senantiasa meningkatkan kualitas layanan melalui kolaborasi dengan para stakeholder, salah satunya International Air Transport Association (IATA).
Menurut Direktur Utama Injourney Airport, IATA adalah sebuah organisasi internasional yang berperan penting dalam mengatur, mengkoordinasikan dan menstandardisasi berbagai aspek penerbangan komersial di seluruh dunia.
Untuk tersebut, lanjutnya, Injourney Airports melaksanakan courtesy meeting dengan IATA Asia Pacific Head of Sales Phil Gennaoui dan Area Manager (South Asia) Azhar Azahari di InJourney Airports Center, Tangerang, baru – baru ini.
“Pertemuan ini membahas potensi pengembangan Air Connectivity dan berdiskusi tentang data business intelligence untuk mendukung perkembangan industri aviasi,” jelas Faik Fahmi dalam Instagramnya.
Air Connectivity (konektivitas udara) berarti kemampuan dan kemudahan bagi penumpang dan barang untuk berpindah melalui udara. Ini mencakup ketersediaan penerbangan, frekuensi dan juga kualitas layanan di bandara.
Secara lebih detail, konektivitas udara melibatkan Ketersediaan Rute, yakni berbagai rute penerbangan yang tersedia dari suatu bandara ke destinasi lain dan
Frekuensi Penerbangan, yaitu jumlah penerbangan yang tersedia dalam satu hari atau minggu tertentu ke suatu rute.
Selain itu, konektivitas udara mengenai Kualitas Layanan Bandara, yakni infrastruktur bandara, seperti terminal, toilet, dan landasan pacu, serta layanan seperti Imigrasi dan karantina.
Ada juga konektivitas udara tentang Kemudahan Akses, yaitu kemudahan bagi penumpang untuk mengakses bandara, termasuk transportasi menuju bandara.
Dalam konteks pariwisata, konektivitas udara sangat penting untuk menarik wisatawan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Semakin baik konektivitas udara, semakin mudah dan cepat orang dapat mencapai suatu destinasi, yang pada gilirannya akan mendorong kunjungan wisatawan dan pertumbuhan bisnis di daerah tersebut.
“Kami juga membahas upaya untuk mendorong inovasi teknologi dan berdiskusi tentang data Busniness Intellegence untuk perkembangan industri aviasi yang berkelanjutan di masa mendatang,” ujar Faik Fahmi.
Mengenai data Business Intellegence penerbangan, tercantum dalam laman syntaxtechs.com bahwa industri penerbangan dapat dianggap sebagai sektor yang bertanggung jawab atas terciptanya sejumlah besar data yang tidak terstruktur dan kompleks yang dianggap sebagai Big Data.
Definisikan Big Data adalah sebagai aset informasi yang pada dasarnya bervolume tinggi, berkecepatan tinggi dan beragam yang membutuhkan bentuk pemrosesan informasi yang inovatif dan hemat biaya untuk meningkatkan wawasan dan pengambilan keputusan.
Selama bertahun – tahun, properti keempat juga telah dikaitkan dengan Big Data, yaitu kebenaran.
Kebenaran mengacu pada data berkualitas buruk yang tidak terverifikasi, yang berasal dari sumber yang tidak pasti dan tidak sah, sehingga data tersebut dapat menghasilkan hasil yang bertentangan, serta tidak dapat diandalkan.
Oleh karena itu, catatan syntaxtechs.com menjelaskan bahwa ada kebutuhan untuk memanfaatkan data yang tidak dimurnikan tersebut agar sesuai untuk analisis, menggunakan alat – alat Business Intelligence.
Mengembangkan strategi yang kuat dalam menggunakan alat analisis data ini akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana industri penerbangan akan menggunakan kecerdasan bisnis. B