Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan teknologi floater dengan material komposit pada pesawat N219A, yang dirancang untuk mengoptimalkan operasional pesawat amfibi di wilayah perairan dan darat sehingga bisa digunakan di wilayah terpencil.
Menurut Peneliti Ahli Utama BRIN Sayuti Syamsuar, riset pengembangan floater sudah berjalan sejak tahun 2023 dan telah mencapai tahap pengujian.
Simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD), dia menambahkan, dilakukan untuk mengevaluasi aspek aerodinamika dan hidrodinamika pesawat ini.
“Material komposit digunakan untuk menggantikan aluminium, menciptakan struktur yang lebih ringan namun tetap kuat,” kata Sayuti dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat (8/11/2024).
Dia menuturkan, floater berperan penting dalam memberikan daya apung optimal saat pesawat berada di air dan mengurangi hambatan aerodinamika saat terbang.
Kepala Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN Aam Muharam menyatakan, pesawat N219A dapat menjadi solusi untuk wilayah terpencil yang tidak memiliki bandara memadai.
“Pesawat ini sesuai untuk kondisi geografis Indonesia dengan banyaknya pulau kecil yang sulit dijangkau,” ungkapnya.
Riset floater memerlukan pendekatan holistik untuk menyelaraskan hukum aerodinamika dan hidrodinamika agar pesawat N219A berfungsi optimal di udara dan air.
Penggunaan material komposit, lanjutnya, dinilai sebagai langkah strategis untuk mengurangi bobot pesawat, memperpanjang jangkauan operasional, dan menurunkan biaya operasi.
Aam menjelaskan, sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan solusi transportasi fleksibel yang dapat lepas landas dan mendarat di berbagai permukaan.
Oleh karena itu, pesawat N219A dengan teknologi floater yang dikembangkan oleh BRIN diharapkan menjadi pionir dalam meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antarwilayah di seluruh nusantara. B