Bandara Ewer Terbangi Timika-Ewer Tiga Kali Seminggu Tiap Senin, Kamis dan Sabtu

Bandara Ewer di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan. (dok. bandaraewer)

Kabupaten Asmat terkenal seantero Indonesia dan dunia, karena wilayah yang berada di Provinsi Papua Selatan memiliki banyak potensi seni, budaya dan destinasi pariwisata yang luar biasa indahnya.

Objek-objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan daerah di wilayah Asmat ini antara lain Taman Nasional Lorentz, Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat yang menyimpan benda-benda bersejarah suku Asmat, seperti ukiran patung.

Penghargaan dunia terhadap Suku Asmat pun sudah tersemat, sebagai Situs Warisan Budaya (Site of the World Cutural Heritage), sehingga setiap tahun pada Oktober selalu diadakan acara, yaitu Festival Budaya yang diprakarsai oleh Kurator Museum Asmat, Keuskupan dan Pemerintah Daerah Asmat.

Mobilitas pengguna jasa transportasi udara terlayani oleh Bandara Ewer yang ada di Kabupaten Asmat ini, dengan menyiapkan sarana dan prasarana untuk kenyamanan, serta keamanan penumpang.

Baca juga :   Bandara Soekarno-Hatta Raih Posisi Enam Dalam Daftar Megahub LCC Dunia 2022

Bahkan, Kabandara Ewer Arief Santoso menyatakan, bandara ini melayani penerbangan ke Bandara Mozes Kilangin yang ada di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah setiap Senin, Kamis dan Sabtu.

“Penerbangan dari Bandara Mozes Kilangin ini ke Bandara Ewer terlayani sebanyak tiga kali dalam seminggu, dengan membawa wisatawan, pebisnis dan juga masyarakat umum,” katanya.

Para penumpang di Bandara Ewer. (dok. bandaraewer)

Mimika adalah salah satu kabupaten di distriknya ada kawasan Tembagapura, dengan potensi tambang emasnya, yang salah satu tambang emas terbesar di dunia ada di wilayah ini, dengan kepemilikan PT Freeport Indonesia.

Menurut Arief, keberadaan Bandara Ewer sangat dibutuhkan mengingat tidak terdapat akses darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain, sehingga kendaraan yang umum dipakai oleh masyarakat adalah speedboat atau longboat dengan mesin motor.

Baca juga :   Menhub Tinjau Proyek Bandara IKN

Bahkan, masih ada masyarakat lokal yang mengendarai kole-kole (sampan kayu dengan dayung panjang) untuk dapat pergi dari satu kampung ke kampung lainnya atau menuju ke hutan untuk mencari sagu maupun gaharu.

Potensi penerbangan yang melalui bandara dengan panjang landasan pacu (runway) berukuran 1.650 meter x 30 meter relatif tinggi, bahkan kini runway tersebut sudah mampu didarati pesawat sejenis ATR-72.

Bandara ini juga memiliki Apron seluas 90 x 70 meter dan gedung terminal seluas 576 meter persegi untuk melayani para pengguna moda transportasi udara menuju Timika. B

 

 

 

Komentar