Bandara Banyuwangi Siapkan Parking Stand Dukung KTT G20

Landasan pacu (runway) Bandara Banyuwangi. (dok. ap1.ci

Bandara Banyuwangi di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur saat ini tengah bersiap untuk mendukung penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang berlangsung pada 15-16 November 2022.

Apabila diperlukan, Bandara Banyuwangi akan menjadi bandara transit atau lokasi parkir pesawat dari pesawat-pesawat delegasi KTT G20.

Secara total, Pengelola Bandara Banyuwangi menyiapkan lima parking stand (lokasi parkir pesawat) khusus untuk pesawat-pesawat delegasi KTT G20.

Adapun sisi udara (airside) Bandara Banyuwangi berdimensi 2.450 meter x 45 meter, yang dapat melayani penerbangan pesawat sejenis Boeing 737 dan Airbus A320.

Bandara yang semula Bernama Bandara Blimbingsari ini, mmeiliki landasan pacu (runway) sepanjang 2.500 meter x 45 meter ini dibuka pada 29 Desember 2010.

Baca juga :   Skema Pengalihan Penerbangan ke Bandara Soekarno-Hatta dan Pondok Cabe

Tercatat sebagai bandara hijau pertama di Indonesia yang merupakan buah dari gagasan dari Bupati Banyuwangi Purnomo Sidik (1991-2000), di periode akhir masa jabatannya saat itu.

Sebenarnya rencana awal lokasi pembangunan Bandara Banyuwangi ini adalah di Kecamatan Glenmore, dibekas lokasi Lapangan Terbang Blambangan.

Lapangan terbang ini adalah sebuah lapangan terbang pertanian yang dibangun pada dekade 1970-an yang hanya digunakan untuk kegiatan pertanian, yang salah satunya digunakan sebagai landasan pesawat capung untuk menyemprot pestisida guna memberantas serangan hama wereng yang terjadi pada waktu itu.

Pada tahun 2015, pemerintah mulai membangun terminal baru yang lebih besar. Pembangunan terminal baru memanfaatkan dana Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur sebesar Rp 22,5 miliar dan APBD Kabupaten Banyuwangi senilai Rp10,5 miliar.

Baca juga :   AP II Usung Semangat Kembalikan Kejayaan Industri Aviasi dan Pariwisata

Anggaran ini dipergunakan untuk pembangunan terminal, aksesori, elektrikal, musala dan area parkir. Terminal ini mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan.

Hal ini ditandai dengan penghawaan udara yang alami, penanaman tanaman di atap terminal, konservasi air dan sunroof untuk pencahayaan alami di siang hari.

Selain itu, terminal baru ini mengadopsi bentuk ikat kepala khas Suku Osing. B

Komentar