Stasiun Manggarai Terus Berkembang Jadi Tersibuk di Usia 107 Tahun

Fasilitas eskalator Stasiun Manggarai, Jakarta. (dok. djka)
Bagikan

Stasiun Manggarai memiliki peran sebagai stasiun integrasi dan simpul moda transportasi utama di Jakarta.

Stasiun yang dibuka sejak 1 Mei 1918 ini juga menjadi titik pertemuan Commuter Line Jabodetabek dengan Commuter Line Basoetta (Bandara Soekarno-Hatta).

Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus menjelaskan, proses pembangunan stasiun masih terus dilakukan dan akan menjadi stasiun sentral yang lebih luas.

Terlebih lagi, Stasiun Manggarai juga merupakan stasiun bersejarah yang ditetapkan sebagai cagar budaya, menandai perannya dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.

Dengan usia 107 tahun, kini stasiun yang diarsiteki pertama kali oleh J. van Gendt ini telah tumbuh jadi stasiun tersibuk di seluruh Indonesia.

Melayani 739 perjalanan kereta api yang terdiri dari 704 perjalanan Commuter Line dan 35 perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KA JJ) setiap harinya, sehingga selain menjadi stasiun transit tersibuk, juga menjadi stasiun integrasi antarmoda yang ada di wilayah Jakarta.

Selain itu, kata Joni, Stasiun Manggarai juga merupakan bagian dari perubahan dalam sejarah layanan Commuter Line.

Pada Mei 2022, KAI Commuter bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (DJKA Kemenhub) melakukan perubahan layanan pengguna Commuter Line Jabodetabek.

“Perubahan ini juga merupakan salah satu proses perubahan budaya dalam menggunakan Commuter Line, khususnya Commuter Line Bogor dan Commuter Line Bekasi,” jelasnya.

Bahkan, pengguna Commuter Line jadi memiliki lebih banyak opsi, lebih leluasa menjangkau moda transportasi yang terintegrasi dan juga lebih efisien dalam perjalanan.

Stasiun Manggarai juga berfungsi sebagai stasiun simpul perjalanan Commuter Line ke berbagai tujuan di wilayah Jabodetabek. Terus berkembang mengikuti kebutuhan para pengguna kereta api.

Saat ini, Stasiun Manggarai memiliki dua lantai dengan 12 jalur aktif untuk layanan perjalanan kereta api, dengan rata – rata sebanyak 180.000 orang hingga 190.000 orang pengguna Commuter Line Jabodetabek per harinya yang transit di stasiun ini.

Dari data yang tercatat, tahun 2024 kemarin total pengguna yang transit di stasiun ini sebanyak 57,9 juta pengguna atau lebih banyak 11% jika dibandingkan tahun 2023, yaitu sebanyak 52,2 juta pengguna.

Angka tersebut juga mengalami peningkatan 43% jika dibandingkan dengan tahun 2022 pada awal perubahan layanan di Stasiun Manggarai, yaitu sebanyak 36,6 juta pengguna transit.

Sementara itu, sebanyak 15.142 orang pengguna Commuter Line Jabodetabek dan sebanyak 1.143 orang pengguna Commuter Line Basoetta yang naik di stasiun ini pada hari kerja.

“Untuk yang turun di sini mencapai 13.630 di wilayah Jabodetabek dan 1.229 untuk Commuter Line Basoetta,” jelasnya.

Sementara itu, dari sisi volume pengguna di Stasiun Manggarai juga memiliki tren yang terus meningkat.

Pada tahun 2022, rata – rata volume pengguna kurang lebih sebanyak 14.000 orang per hari, sedangkan pada tahun 2023, tercatat sebanyak 16.000 orang per harinya atau naik sebesar 14%.

Tahun 2024, juga mengalami peningkatan sekitar 6% dibandingkan dengan tahun 2023 atau sebanyak 17.000 orang per harinya.

Joni menambahkan bahwa pergerakan pengguna Commuter Line pada hari kerja di Stasiun Manggarai masih terfokus pada jam sibuk pagi hari, mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB dan sore hari mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 19.00 WIB.

Dengan lokasi yang strategis di tengah kota, stasiun ini memiliki kemudahan untuk mobilitas masyarakat yang akan menggunakan transportasi Commuter Line dan moda transportasi terkoneksi.

Terlebih lagi, Stasiun Manggarai terintegrasi dengan TransJakarta yang menghubungkan wilayah – wilayah yang ada di Kota Jakarta.

Selain itu, juga tersedia pickup point atau titik jemput untuk angkutan online dan angkutan lanjutan lainnya.

KAI Commuter terus berkoordinasi dengan DJKA terkait proses pembangunan stasiun integrasi ini.

Stasiun Manggarai akan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

“Integrasi antara kereta api, bus dan moda transportasi lainnya akan menciptakan ekosistem transportasi yang saling melengkapi, serta memberikan solusi transportasi yang lebih terjangkau, cepat dan ramah lingkungan,” tutur Joni. B

 

Komentar

Bagikan