
Konsep quality tourism atau pariwisata berkualitas menjadi pendekatan efektif untuk membenahi sektor pariwisata agar semakin berdampak positif bagi masyarakat.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa dalam kuliah umum di Universitas Mahendradatta, Denpasar, Bali, baru – baru ini.
“Kita jangan terjebak, karena pariwisata berkualitas, bukan berarti kita hanya menyasar segmen tertentu saja, tetapi bagaimana kita berbenah lebih dalam, sehingga wisatawan yang datang bisa mendapatkan pengalaman berwisata yang berkualitas melalui lingkungan yang sehat, tempat yang aman dan nyaman, berhubungan dengan masyarakat lokal dengan baik, serta kemampuan untuk menghormati masyarakat lokal,” ujarnya.
Menurut Wamenpar, quality tourism mencakup makna yang luas, karena ini bukan hanya tentang jumlah kunjungan, tetapi bagaimana daya saing destinasi dapat memberikan pengalaman yang unik, bernilai tinggi dan berkelanjutan bagi wisatawan.
Dia menyoroti masih adanya pemahaman keliru terkait pariwisata berkualitas yang sering dikaitkan hanya dengan wisatawan berpengeluaran tinggi (high spending tourist).
Padahal, lanjutnya, tren global pascapandemi Covid-19 telah mengubah preferensi wisatawan, yang kini lebih mengutamakan pengalaman yang personal, bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Wisatawan kini memilih transportasi rendah emisi, destinasi yang tidak padat dan akomodasi berkelanjutan.
Mereka cenderung mencari ketenangan, menjauhi keramaian dan tertarik dengan destinasi tersembunyi (hidden gem).
Konsep ini sejalan dengan prinsip ekonomi pariwisata baru: low touch, hygiene, less crowd dan low mobility.
“Keempat prinsip ini yang kemudian memperkuat bahwa quality tourism adalah suatu keniscayaan. Ini bukan lagi opsi bagi pemerintah, bagi pelaku industri pariwisata, tapi ini adalah sesuatu yang sudah harus kita lakukan bersama – sama,” ungkap Wamenpar.
Pemerintah telah mencanangkan fondasi besar terhadap pengembangan pariwisata berkualitas.
Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2025 – 2029, Program Pembangunan (PP) yang perlu dicapai oleh sektor pariwisata dalam lima tahun mendatang adalah pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Mencapai tujuan tersebut, Kementerian Pariwisata telah menetapkan sejumlah fokus program di tahun ini, yakni mulai dari Gerakan Wisata Bersih, sebagai sebuah aktivasi gerakan untuk membangkitkan kepedulian bersama terhadap permasalahan sampah dan kebersihan di destinasi.
Selanjutnya adalah Tourism 5.0 yang mendorong digitalisasi pariwisata dan pemanfaatan teknologi untuk pemasaran yang lebih luas dan berkualitas, untuk menyasar target market secara efektif.
Ketiga adalah Pariwisata Naik Kelas. Program ini mendorong kualitas pariwisata lewat pengembangan wisata minat khusus, seperti gastro tourism atau kuliner, marine tourism atau wisata bahari, dan wellness tourism.
Kemudian, meningkatkan kualitas event nasional dan daerah berbasis identitas budaya Indonesia yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) terhadap ekonomi lokal.
Kementerian Pariwisata memiliki program yang mendukung penyelenggaraan event bernama Karisma Event Nusantara (KEN).
Berdasarkan kajian secara nasional, penyelenggaraan event KEN pada 2024 mampu meningkatkan produksi barang dan jasa hingga Rp256,1 miliar dan berkontribusi kepada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp238,2 miliar, serta perputaran uang yang mencapai Rp13,57 triliun.
“Karena event ini multiplier effect luar biasa. Perputaran ekonomi pada Pesta Kesenian Bali tahun 2024 misalnya, pelaksanaannya yang sebulan penuh memberikan dampak ekonomi yang signifikan mencapai sekitar Rp192,3 miliar bagi Kota Denpasar dan sekitarnya,” tutur Wamenpar.
Selain itu, dia menambahkan, okupansi hunian penginapan di sekitar venue kegiatan naik sebesar 20%.
Fokus program terakhir adalah pengembangan Desa Wisata. Yakni meningkatkan kualitas dan kuantitas lebih dari 6.000 desa wisata di seluruh Indonesia untuk pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan.
Di Bali ada dua desa wisata yang sudah mendapat penghargaan dari UN Tourism, yaitu Desa Penglipuran dan yang baru tahun 2024 adalah Desa Jatiluwih.
Desa Penglipuran itu luar biasa, dengan ditetapkan sebagai destinasi terbersih, Penglipuran ini mampu mencapai pendapatan sampai Rp24 miliar per tahun.
“Jadi bayangkan kalau desa mampu mengelola potensi yang dimiliki, maka pertumbuhan seperti ini bisa benar – benar tercapai,” ujarnya.
Secara statistik, pariwisata telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) melonjak dari 1,6 juta pada tahun 2021 menjadi hampir 14 juta pada tahun 2024.
Meskipun belum melampaui kunjungan, seperti sebelum masa pandemi yang mencapai 16,1 juta kunjungan, ini tetap sebuah lompatan besar yang menunjukkan pulihnya kepercayaan global terhadap destinasi di tanah air.
Kemudian, pergerakan wisatawan nusantara terus menunjukkan tren positif, dengan lebih dari 1 miliar perjalanan tercatat sepanjang tahun 2024.
Angka ini melampaui capaian pra-pandemi yang berada di angka 722,2 juta perjalanan. Ini menandakan pemulihan yang kuat dan cepat sekaligus menegaskan bahwa pasar domestik adalah tulang punggung pariwisata nasional.
Target pariwisata tahun ini adalah 14,6 juta hingga 16,0 juta kunjungan wisman dan 1,08 miliar perjalanan wisatawan nusantara (wisnus).
Dari sisi ekonomi, sektor pariwisata ditargetkan menyumbang devisa sebesar US$19,0 hingga US$22,1 miliar dan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar 4,6%, atau setara dengan Rp1.118,6 triliun.
Pada tahun 2024, kontribusi pariwisata terhadap PDB mencapai 4,04% dan penerimaan devisa mencapai US$16,71 miliar.
Wamenpar Ni Luh Puspa mengatakan, pencapaian target – target dalam payung pariwisata berkualitas dan berkelanjutan membutuhkan dukungan dan kolaborasi dengan banyak pihak, termasuk salah satu di antaranya adalah akademisi sebagai bagian penting dari pentahelix pariwisata.
Menurutnya, juga termasuk segenap civitas akademika dari Universitas Mahendradatta, terlebih Bali merupakan salah satu nadi utama dari denyut pariwisata nasional.
“Ini adalah visi yang tentu saja harus kita lakukan bersama, bukan parsial. Ini adalah sebuah transformasi yang membutuhkan dukungan dari semua pihak tidak terkecuali dan utamanya juga tentu dari teman-teman dunia akademis,” jelasnya.
Pariwisata berkualitas adalah kunci dalam meningkatkan kinerja sektor kepariwisataan melalui peningkatan mutu layanan, keberlanjutan, pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penciptaan pengalaman wisata yang berdampak positif bagi semua pihak seperti wisatawan, pelaku industri, masyarakat lokal, serta lingkungan.
Dalam prosesnya dibutuhkan kolaborasi multistakeholder untuk mewujudkan pariwisata berkualitas di Indonesia termasuk Bali.
“Saya percaya, masa depan pariwisata Bali tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak wisatawan yang datang, tetapi oleh seberapa besar kebaikan yang pariwisata hadirkan bagi masyarakatnya, bagi budayanya, dan bagi bumi yang kita pinjam dari generasi mendatang,” tuturnya.
Wamenpar menegaskan bahwa generasi muda, para mahasiswa, calon pemimpin masa depan, dapat menjadi pelopor perubahan.
“Jadilah penjaga nilai, inovator gagasan, dan penggerak kolaborasi. Karena Bali yang berkualitas hanya bisa lahir dari insan-insan yang juga berkualitas,” ujarnya. B