PT Railink Resmi Tak Lagi Jadi Operator KA Bandara Soekarno-Hatta

Interior Kereta Api (KA) Bandara Premium. (dok. railink.co.id)
Bagikan

Manajemen PT Railink menegaskan bahwa secara resmi sudah tidak lagi menjadi operator Kereta Api (KA) Bandara Soekarno-Hatta, karena terkait dengan integrasi antarmoda transportasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Direktur Utama PT Railink (KAI Bandara) Porwanto Handry Nugroho menyatakan bahwa perusahaan ini sangat mendukung aspirasi pemerintah yang terkait dengan integrasi antarmoda di Jabodetabek.

“Untuk itu, operasional KA Bandara Soekarno-Hatta diserahkan kepada PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) agar mudah terintegrasi dengan Kereta Commuter Line,” kataya dalam siaran pers pada Jumat (3/3/2023) dalam Instagram @kabandararailink.

Menurut Porwanto, dalam masa transisi pengoperasian KA Bandara Soekarno-Hatta ke KAI Commuter saat ini, terus dilakukan rekonsiliasi dan serah terima secara bertahap hingga selesainya masa peralihan pada akhir Maret 2023.

“Kami berharap kedepannya, selain di Yogyakarta dan Medan, KAI Bandara akan tetap terus dipercaya sebagai Operator KA Bandara lainnya,” jelasnya.

Selain itu, Porwanto menambahkan, PT Railink dapat terus meningkatkan eksistensi bisnis di bidang Maintanance dan Sparepart.

Kini, PT Railink menjadi Operator KA Bandara Yogyakarta Airport International (YAI) dan Bandara Kualanamu, Medan.

PT Railink juga terus mempertahankan dan mengembangkan kinerja bisnis KA Bandara, salah satunya dengan meluncurkan KAI Bandara Premium di saat pandemi dengan tarifnya sabesar Pp5.000 untuk relasi dan Stasiun KA Bandara Manggarai-Stasiun KA Bandara Batu Ceper pp.

KA Bandara Premium tentu saja tidak ada di negara-negara manapun yang menjadi benchmark PT Railink atau KA Bandara di Indonesia.

KA Bandara di Indonesia berkiblat kepada KA Bandara atau KL Commuter beberapa negara seperti Jepang, Italia, Prancis, Jerman, Belanda dan lainnya. Meski secara kultur, Belanda dan Jepang lebih kuat, tapi tidak lantas membuat PT Ralink terpaku hanya pada kedua negara itu.

Sebaliknya, KA Bandara di Indonesia mengadopsi semua yang baik dari KA Bandara di negara-negara tersebut, tapi tidak ada kecenderungan menjadikan satu negara sebagai benchmark KA Bandara, seperti persinyalan dari Alstom (Prancis) dan Siemens (Jerman), sedangkan keretanya dari Kanada dan dari Jepang. B

Komentar

Bagikan