PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) meluncurkan sistem operasi pelabuhan multi terminal terintegrasi yang disebut Pelindo Terminal Operating System Multipurpose (PTOS-M), menandai dua tahun pascapenggabungan.
Sistem ini merupakan single platform aplikasi pendukung operasi untuk layanan kepelabuhanan pada kargo non petikemas berbasis fungsi planning dan controlling.
Peluncuran ini dilakukan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi bersama dengan Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono, dalam kegiatan Voice of Customers Pelindo di Jakarta.
“Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan hari ini dan kita tahu bahwa ada satu hal yang dilakukan secara signifikan, yakni aplikasi PTOSM itu sudah diaplikasikan. Saya harapkan ini menjadi cara baru kita dalam mengimplementasi kegiatan-kegiatan kita,” ujar Budi.
Sistem tersebut telah digunakan di 16 cabang pelabuhan di wilayah kerja Pelindo sejak akhir tahun 2022 dan secara bertahap akan dioperasikan pada terminal lainnya di Indonesia.
PTOSM memiliki arsitektur yang terintegrasi dengan sistem-sistem lain, seperti customer portal, sistem layanan kapal dan sistem layanan keuangan.
Selain terintegrasi dengan beberapa sistem, PTOSM memiliki fitur yang memberikan kemudahan layanan seperti online booking request, operation planning, storage inventory, serta control & monitoring.
Selain peluncuran sistem operasi PTOSM, beberapa inisiatif strategis telah mewarnai perjalanan dua tahun merger Pelindo.
Standarisasi dan digitalisasi pelabuhan yang ditunjang dengan peningkatan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM), telah meningkatkan kecepatan pelayanan di pelabuhan, sehingga berdampak pada berkurangnya waktu sandar (port stay) dan masa tinggal barang di pelabuhan (cargo stay), yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan biaya logistik nasional.
Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter Box/Ship/Hour (BSH) dan pengurangan port stay yang diukur dengan jumlah hari.
“Kami selalu sampaikan, bahwa peran pelabuhan untuk kelancaran arus barang itu diterjemahkan dalam perpendek port stay dan cargo stay,” jelas Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.
Standardisasi layanan dilakukan, baik pada lini petikemas, non petikemas, marine, maupun logistik.
Layanan petikemas di beberapa pelabuhan seperti Belawan, Makassar, Ambon, Nilam, Sorong, dan Jayapura, Pelindo telah meningkat kecepatan bongkar muatnya, misalnya di Jayapura peningkatan ini mulai dirasakan oleh pengguna jasa.
Kepala PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Cabang Jayapura Slamet Sampurno menjelaskan, kinerja bongkar muat pada tahun 2021 berkisar 26 BSH kini berkisar rata-rata 32 BSH.
Salah satu kapal yang dikelola pelayaran SPIL bahkan menyelesaikan bongkar muat peti kemas sebanyak 650 boks dalam waktu kurang lebih 11 jam.
“Kinerja operasional sudah semakin baik, kapal SPIL rata-rata lima kali kedatangan di TPK Jayapura dengan rata-rata muatan 600 hingga 800 boks,” ungkapnya.
Sejumlah langkah Digitalisasi Layanan Pelabuhan juga telah dilakukan dengan mendorong sistemisasi layanan operasional, peningkatan akurasi proses, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas melalui penerapan Terminal Operating System (TOS) “Nusantara” dan “Palapa” pada layanan petikemas,
Yard Operating System dan Behandle Operating System pada kluster logistic, serta implementasi sistem layanan kapal, “Phinisi” yang juga menjadi program dari Stranas PK yang telah diimplementasikan pada beberapa pelabuhan.
“Perubahan Pelindo tidak mungkin bisa terealisasi tanpa kerelaan dari stakeholders dan customer untuk berubah, karena perubahan yang ditransformasi oleh Pelindo itu bukan Pelindo saja, tapi adalah ekosistem.
“Dengan senang kami membuka mata dan telinga kami untuk mendengarkan saran dan masukan, agar ke depannya Pelindo lebih baik lagi,” tegas Arif.
Demi mewujudkan Well-Connected Ecosystem, Pelindo juga mendukung penguatan konektivitas hinterland-pelabuhan.
Hal ini direalisasikan melalui penyelesaian pembangunan Jalan Tol Cibitung Cilincing untuk meningkatkan konektivitas dan mobilitas logistik dari kawasan Cibitung – Cikarang ke Tanjung Priok.
Tidak hanya itu, perseroan juga telah merealisasikannya melalui pembangunan Pelabuhan Kijing yang didukung 2.000 hektare hingga 3.000 hektare lahan yang didedikasikan sebagai area industrial, sehingga menciptakan efek domino pertumbuhan industri di kawasan dan mendorong program hilirisasi komoditas CPO dan Bauksit/Alumina.
Berbagai langkah transformasi Pelindo akan terus dilanjutkan guna meningkatkan layanan pelabuhan sebagai bentuk komitmen perseroan untuk memberikan layanan prima dan berkontribusi kepada ekosistem maritim dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kedepan kami berharap dapat melanjutkan sinergi yang telah baik dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan biaya logistik yang lebih kompetitif dan meningkatan daya saing perekonomian negara,” tutur Arif. B