Membangun Ruteng Melalui Keberadaan Bandara Frans Sales Lega

Bandara Frans Sales Lega di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). (Istimewa)

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) dan pemerintah pusat terus membenahi infrastruktur pendukung seperti jalan, bandara dan pelabuhan, serta sumber daya manusia yang ada di daerah itu dalam rangka menyukseskan program Provinsi Pariwisata di wilayah ini.

Keberadaan bandara menjadi salah satu kunci mobilitas masyarakat melalui jalur transportasi udara, sehingga pengembangan infrastruktur bandara sangat dibutuhkan, seperti Bandara Frans Sales Lega yang melayani mobilitas masyarakat dari dan ke Kota Ruteng.

“Bandara Frans Sales Lega yang ada di Kabupaten Manggarai sangat penting, karena bandara ini adalah salah satu pintu gerbang memasuki Provinsi NTT,” kata Kabandara Ruteng Punto Widaksono kepada Majalah BANDARA.

Salah satu jalur udara Provinsi NTT terhubung melalui Bandara Frans Sales Lega atau sebelumnya bernama Bandara Satar Tacik, dan kini lebih dikenal dengan nama Bandara Ruteng.

Baca juga :   Handy Heryudhitiawan Jadi GM Bandara I Gusti Ngurah Rai

Tak hanya penumpang, angkutan barang pun dari dan ke wilayah Kabupaten Manggarai, apalagi kabupaten ini sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil beras di NTT. Beras itu berasal dari ribuan hektare sawah yang membentang luas di daerah ini dengan mengandalkan air yang bersumber dari Taman Wisata Alam Ruteng.

Kota Ruteng yang menjadi daerah tujuan wisata juga dikenal dengan julukan “Kota Seribu Biara” atau “Kota Seribu Gereja”. Di wilayah ini masyarakatnya juga masih melestarikan adat Manggarai kuno yang disebut “caci” (adu cambuk) yang juga merupakan satu daya tarik wisata.

Gereja Katolik yang tersebar di berbagai sudut kota, di antaranya Gereja Santo Mikhael Kumba, Gereja Katolik Kristus Raja Mbaumuku, dan Gereja Santo Fransiskus Assisi Karot.

Baca juga :   Kemenparekraf dan Qantas Airways Kolaborasi Promosikan Wonderful Indonesia di Sydney

Paling menarik perhatian adalah Gereja Santo Yoseph Keuskupan Ruteng yang juga dikenal sebagai Gereja Katedral Lama, dengan atap runcing menjulang yang bergaya Eropa lama.

Selain berjuluk “Kota Seribu Gereja”, Kota Ruteng disebut sebagai kota transit, karena kebanyakan wisatawan mengunjungi Ruteng saat mereka hendak menuju Waerebo, kampung adat yang juga dikenal sebagai “Desa Di Atas Awan” berjarak sekitar 62 km ke arah Barat Daya.

Kota kecamatan ini suasananya teduh, berhawa sejuk, dan memiliki pemandangan perbukitan yang indah. Akses internet yang lancar pun ada di pusat Kota Ruteng, sehingga tak perlu khawatir terjadi susah sinyal. B

Komentar