Kendaraan Listrik Percepat Transisi Menuju Penggunaan Energi Ramah Lingkungan

Presiden Joko Widodo dan kendaraan listrik. (Istimewa)

Penggunaan kendaraan listrik secara massal merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong dan mempercepat transisi menuju penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, meski di tengah pandemi Covid-19, inovasi pengembangan transportasi listrik di dalam negeri terus dilakukan sesuai Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

“Di Kabupaten Bekasi, telah diluncurkan produksi mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia. Ini menunjukkan pemerintah concern terhadap pengembangan kendaraan listrik,” ujarnya saat webinar bertema “Transisi Energi dan Elektromobilitas” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (17/3/2022).

Menurut Menhub, di tengah tren mobilitas global menunjukkan pergeseran secara eksponensial dari kendaraan konvensional menuju elektrifikasi, Indonesia memiliki potensi dalam memproduksi kendaraan listrik.

“Salah satu kunci agar Indonesia dapat bersaing di persaingan industri kendaraan listrik global adalah dengan menciptakan ekosistem yang baik bagi pengembangan kendaraan listrik,” katanya.

Baca juga :   Kemenhub Buka 39 Rute Tol Laut

Menhub menegaskan bahwa produk akhirnya tidak hanya berupa motor atau mobil listrik, tapi juga komponen penting seperti suku cadangnya. Jadi industri ini akan terus dikembangkan.

Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah, dimulai dari regulasi yang mendukung, peningkatan riset dan inovasi kendaraan listrik, grand design pengembangan kendaraan listrik hingga hilirisasi di dunia industri.

Menhub berharap, perguruan tinggi seperti ITB dengan didukung para alumninya dapat menjadi pelopor untuk terus berinovasi dalam upaya mewujudkan ekosistem kendaran listrik di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Alumni ITB Gembong Primadjaja menjelaskan, transisi energi dan elektromobilitas adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa lagi ditunda.

“Tidak hanya di sisi hulu yakni pembangkit listriknya, transisi dimulai dari sisi hilirnya yaitu transportasi,” tegasnya.

Gembong menyatakan bahwa adanya krisis keamanan global yang dipicu adanya konflik Rusia-Ukraina, telah menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Ini memicu sejumah negara seperti Jerman mempercepat transisi energi ke EBT.”

Baca juga :   Jumlah Penumpang H+5 Lebaran di Bandara AP II Capai 3,14 Juta Orang

Saat ini, Gembong menilai, energi bukan hanya terkait aspek ekonomi dan lingkungan, tapi juga terkait pertahanan dan keamanan suatu negara.

Dia menyebutkan, sejumlah negara maju telah menargetkan pada tahun 2030 semua kendaraan sudah berbasis Battery Electric Vehicle (BEV).

“Untuk mempercepatnya, sejumlah insentif pun dikeluarkan pemerintah, seperti pemberian subsidi untuk pembelian BEV, zero road tax, zero registration tax for zero emission car sampai ke pemberian diskon khusus perusahaan yang membeli BEV,” ungkapnya.

Gebong menambahkan, Indonesia perlu melakukan upaya percepatan transisi energi ke EBT.

“Dukungan penyediaan (supply) dari sisi pembangkitan yang disiapkan oleh PLN menjadi pendorong dan modal penting bagi percepatan tumbuhnya ekosistem elektromobilitas, karena nanti diharapkan sudah tidak ada kendala lagi di sisi supply listriknya,” tuturnya. B

 

Komentar