Kemenparekraf Evaluasi Layanan Penerbangan Internasional ke Bali

Jalur pemeriksaan kelengkapan dokumen penerbangan internasional di Bandara Ngurah Rai, Bali. (dok. istimewa)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) akan melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terkait dengan pilot project layanan penerbangan internasional perdana ke Bali bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang telah efektif pada 4 Februari 2022.

Sebelumnya, proyek percontohan ini ditandai dengan mendaratnya pesawat Garuda Indonesia dari Bandara Narita ke Bandara I Gusti Ngurah Rai pada 3 Februari 2022. Pesawat itu membawa 12 penumpang, yang terdiri dari enam WNI dan enam WNA dari Jepang.

Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya menyatakan, PPLN yang datang dari Jepang ke Indonesia merupakan travel agent, sehingga skema yang digunakan pada pilot project kali ini adalah fam trip (familiarization trip).

“Harapannya adalah untuk dapat membangun kepercayaan pasar internasional untuk sektor pariwisata,” ujarnya saat acara Weekly Press Briefing yang diadakan secara daring, Senin (7/2/2022).

Terlebih, lanjut Nia, Kemenparekraf/Baparekraf menginisiasi program warm up vacation, sebagai model karantina yang lebih inovatif dengan sistem bubble. Aktivitas karantina PPLN tidak hanya sebatas kamar, tapi juga di area yang didedikasikan untuk bubble.

“Kebijakan ini akan dilakukan evaluasi yang berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait setiap minggu, karena terkait Omicron. Jadi memang kondisinya sangat dinamis, mau tidak mau kita semua harus proaktif, tidak hanya wisatawan yang harus meneggakkan prokes tapi semua pihak,” jelasnya.

Baca juga :   Kemenparekraf Komitmen Dukung Kota Salatiga Sebagai Destinasi Gastronomi

Penerbangan internasional langsung ke Bali sebetulnya telah dibuka sejak 14 Oktober 2021, tapi baru terealiasasi pada Februari 2022.

Mengingat hal ini beriringan dengan peningkatan kembali kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian Omicron, sehingga, pilot project ini dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan, serta protokol kesehatan dilakukan secara ketat dan disiplin oleh semua pihak.

Jadi, Nia menambahkan, kebangkitan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja dapat terwujud.

Seperti diketahui, sudah dua tahun terakhir ini Bali mengalami kontraksi yang sangat signifikan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Bali pada pada kuartal I hingga kuartal III tahun 2021, mengalami kontraksi sedalam 3,43%.

Pulau Bali dipilih sebagai pilot project lantaran angka vaksinasi yang terbilang tinggi. Untuk vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 114,62%, kemudian vaksinasi dosis kedua sudah 102,40%, sedangkan vaksinasi booster baru berkisar 8,38%.

Baca juga :   Kemenparekraf Dorong Pelaku Ekraf Mampu Kelola Keuangan Untuk Optimalisasi Produk

Selain itu, terdapat 2.212 usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali yang sudah tersertifikasi CHSE dalam payung InDonesia Care, sehingga dapat dipastikan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan sudah dalam kondisi optimal dan siap memberikan pelayanan kepada wisatawan.

“Pada intinya kami berusaha menjaga destinasi Indonesia, khususnya Bali supaya tetap menjadi inspirasi bagi wisatawan, sehingga ketika keadaan memungkinkan, kita sudah siap dan Indonesia tetap menjadi top of mind dari wisatawan mancanegara,” tutur Nia.

Untuk program warm up vacation, saat ini baru ada lima hotel yang berkomitmen untuk mendedikasikan areanya sebagai bubble. Jumlah hotel ini akan bertambah, apabila semua proses dan persyaratan telah dipenuhi.

“Ada 66 hotel yang sudah diverifikasi bersama dengan GIPI Bali, PHRI, serta Satgas. Namun, dari 66 hotel, saat ini baru lima hotel yang siap dengan warm up vacation. Kedepannya ini akan bertambah,” katanya. B

 

 

Komentar