Kemenko IPK dan BMKG Perkuat Mitigasi Cuaca Ekstrem Saat Nataru 2025/2026

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama dengan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani. (dok. kemenkoipk)
Bagikan

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memperkuat sinergi Kemenko IPK dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam upaya mitigasi cuaca ekstrem menjelang periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru 2025/2026).

Dia mengatakan, pengalaman pemerintah dalam penanganan bencana di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat menunjukkan faktor cuaca menjadi variabel kunci sejak fase tanggap darurat hingga rehabilitasi, serta rekonstruksi.

“Kita sekarang fokus juga untuk memastikan perjalanan masyarakat, sekali lagi di masa Nataru ini, berjalan dengan baik. Oleh karena itu, ada beberapa titik yang tadi kita antisipasi dengan waktu – waktu yang sudah diprediksi sejak hari ini. Mudah-mudahan, ini menjadi langkah-langkah mitigasi yang baik dan bisa diantisipasi oleh semua pemangku kepentingan,” jelasnya.

Maka dari itu, dia menilai pendekatan kebijakan yang bersifat rutin dan tidak adaptif tidak lagi relevan di tengah peningkatan intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem.

Menko AHY menegaskan kembali arahan Presiden Prabowo Subianto yang disampaikan dalam Sidang Kabinet Paripurna terkait kewaspadaan nasional terhadap cuaca ekstrem.

Menurutnya, kondisi geografis dan karakter iklim Indonesia menuntut pendekatan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur yang semakin adaptif dan berbasis sains.

“Saatnya sekarang kita benar-benar memahami, sekaligus menjadikan pendekatan geografis dan iklim sebagai mainstream dalam pembangunan ke depan. Ini tidak boleh hanya menjadi jargon, tetapi benar-benar diinkorporasikan dalam pendekatan kebijakan yang lebih saintifik dan berbasis data,” ungkapnya.

Dia juga mengapresiasi kesiapan teknologi dan sistem yang dimiliki BMKG, termasuk infrastruktur tahan gempa, serta pemanfaatan teknologi seismic based isolation yang dinilai krusial untuk melindungi keselamatan manusia, sekaligus menjamin keberlanjutan layanan publik, terutama pada era tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi.

“Terima kasih kepada BMKG. Mari sama – sama kita kawal agar Nataru berjalan dengan aman, karena kita mengutamakan faktor keamanan dan keselamatan bagi semua. Itu yang menjadi esensi pertemuan kami hari ini, serta saya ingin terus memperkuat kolaborasi dengan BMKG,” tutur Menko AHY.

Sinergi dan kolaborasi tersebut difokuskan pada penguatan sistem peringatan dini berbasis data dan sains, serta peningkatan koordinasi lintas pemangku kepentingan guna menjamin perjalanan masyarakat yang aman, nyaman dan lancar untuk seluruh moda transportasi nasional.

Sementara itu, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani mengungkapkan sejumlah fenomena atmosfer aktif secara bersamaan pada periode Natatu 2025/2026 baru kali ini.

Monsun Asia, Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, dan fenomena La Nina Lemah, serta IOD Negatif diprakirakan dapat meningkatkan potensi curah hujan tinggi, angin kencang, dan gelombang tinggi. B

Komentar

Bagikan