Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memublikasikan kajian terbaru mengenai penguatan pariwisata Indonesia melalui pemanfaatan konektivitas udara dalam publikasi ilmiah Tourism Snapshot Vol. 1 No. 3 Tahun 2025.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar Martini M. Paham menjelaskan, kajian yang dirilis mengusung tema Daya Saing Pariwisata Indonesia melalui Konektivitas Udara dan Performansi Pasar.
Publikasi ini menghadirkan potret komprehensif mengenai peran konektivitas udara, pemetaan pasar internasional dan strategi distribusi wisatawan menuju 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), serta tiga Destinasi Pariwisata Regeneratif (DPR).
Data menunjukkan sebanyak 82% wisatawan mancanegara masuk melalui jalur udara, dengan Jakarta dan Bali menjadi dua super hub utama yang menampung lebih dari 81% trafik internasional.
“Ketimpangan ini menegaskan perlunya strategi konektivitas yang lebih merata untuk mengoptimalkan destinasi prioritas lainnya,” ujar Martini.
Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar I Gusti Ayu Dewi Hendriyani menambahkan bahwa analisis data Amadeus menunjukkan adanya kesenjangan antara minat pencarian dan realisasi perjalanan dari pasar utama seperti Jepang, Tiongkok, India, Rusia, dan Amerika Serikat.
Kondisi ini, dia menambahkan, berkaitan erat dengan minimnya penerbangan langsung menuju sejumlah Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), terutama di kawasan timur Indonesia.
“Di banyak destinasi prioritas, wisatawan harus menempuh waktu transit yang panjang akibat terbatasnya akses langsung. Karena itu, penguatan sistem hub dan pembukaan rute langsung menjadi faktor penting untuk persebaran wisatawan yang lebih merata,” kata Dewi.
Dia juga menegaskan kajian ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memengaruhi konektivitas udara, yakni keterbatasan kapasitas operasional maskapai, kesenjangan infrastruktur penunjang dan siklus investasi yang belum selaras antara maskapai, pemerintah, serta dunia usaha.
Selain itu, mengenai konektivitas udara, terutama melalui bandar udara (bandara) internasional, memainkan peran sangat penting dalam merealisasikan potensi pariwisata Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari – September 2025, total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 9.913.212 juta kunjungan, dengan pintu udara sebagai moda dominan yang menyumbang 8,1 juta kunjungan atau 82,13% dari total kedatangan.
Sementara itu, pintu laut mencatat 1,45 juta kunjungan atau 14,72% dan pintu darat menyumbang 311.200 kunjungan atau 3,1%.
Komposisi ini menegaskan bahwa transportasi udara tetap menjadi jalur utama masuknya wisatawan internasional, sehingga peningkatan kualitas dan kapasitas layanan udara menjadi kebutuhan strategis.
Penguatan konektivitas udara juga terbukti secara langsung mendorong pertumbuhan pariwisata.
Sebagai contoh, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali mencatat pertumbuhan kedatangan internasional sebesar 9% pada periode Januari – September 2025, terutama didorong oleh peningkatan akses dari pasar utama, seperti Tiongkok, India dan Korea Selatan (InJourney, 2025).
Hal ini menunjukkan penguatan konektivitas udara menjadi krusial untuk mendukung 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan tiga Destinasi Pariwisata Regeneratif (DPR).
Setiap destinasi membutuhkan akses yang terintegrasi dengan bandara internasional maupun bandara domestik terdekat agar pergerakan wisatawan dapat tersebar lebih merata.
“Melalui publikasi ini, kami menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat aksesibilitas udara, membuka pasar baru dan memastikan kualitas layanan transportasi yang mendukung peningkatan daya saing pariwisata nasional,” jelas Dewi.
Informasi mengenai Tourism Snapshot Vol. 1 No. 3 Tahun 2025 dapat diakses melalui tautan berikut: https://drive.google.com/file/d/1dCGf-Dgv2GyQvYjTMvtfKeHeeWSPVZz5/view. B




