Bandara Dhoho di Kabupaten Kediri, Jawa Timur resmi disebut sebagai episentrum baru bagi konektivitas, ekspor dan pariwisata di Jawa Timur, khususnya di wilayah Barat Daya.
Hal tersebut mengemuka dalam Forum Market & Connectivity Opportunity yang diselenggarakan PT Surya Dhoho Investama (SDHI) pada Kamis (11/12/2025).
Acara ini mempertemukan pejabat tinggi pemerintah, 13 kepala daerah, kementerian, maskapai domestik dan internasional, serta mitra logistik.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dalam sambutan daringnya menyatakan, Bandara Dhoho merupakan infrastruktur strategis yang melayani populasi besar, yaitu lebih dari 10 juta jiwa di kawasan Barat Daya Jawa Timur.
“Proses menuju pemanfaatan sebuah bandara bukanlah proses instan, bukan proses yang singkat. Kita tahu langkah pertama sudah dimulai oleh PT Surya Dhoho. Bagaimana cara menghidupkan kembali penerbangan rute Bandara Dhoho ke Jakarta,” jelasnya.
Emil juga menyampaikan terima kasih atas keseriusan Kementerian Haji dan Umrah, terutama kepada Menteri Haji dan Umrah Mochamad Irfan Yusuf, yang telah meninjau langsung kesiapan Bandara Dhoho sebagai lokasi keberangkatan haji dan umrah, sehari sebelumnya.
Menurutnya, keberadaan Bandara Dhoho akan mendorong lahirnya rute – rute baru, pergerakan barang, investasi hingga tumbuhnya ekosistem bisnis baru.
Dia juga mengapresiasi dukungan TNI Angkatan Udara (AU) atas penggunaan ruang udara untuk penerbangan sipil.
“Acara peluang pasar dan konektivitas ini semoga dapat menghasilkan kolaborasi yang nyata. Saya cek penerbangan Dhoho – Jakarta, tingkat penggunaannya relatif bagus untuk penerbangan. Dan kami yakin ke depannya akan semakin konsisten,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kediri Dewi Mariya Ulfa menegaskan bahwa Bandara Dhoho kini telah berstatus bandara internasional, dengan landasan pacu sepanjang 3.300 meter yang mampu melayani pesawat berbadan lebar, seperti Boeing 777.
Dia menjelaskan, Bandara Dhoho merupakan penyangga baru bagi Jawa Timur yang dapat menampung limpahan penumpang dari Bandara Juanda dan menjadi episentrum bagi wilayah Jawa Timur bagian Barat Daya.
Dewi juga menyoroti multiplier effect bandara yang sangat besar terhadap ekonomi daerah, berfungsi sebagai pintu gerbang mobilitas ekspor dan mendukung pengembangan pariwisata.
Selain itu, lanjutnya, bandara ini membuka peluang pendirian lembaga pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta.
“Saat ini, infrastruktur pendukung bandara terus berjalan. Mulai dari jalan tol Kediri, Tulungagung sampai Kediri – Kertosono. Proyek strategis nasional ini diperkuat dengan moda transportasi antardaerah menggunakan DAMRI dan PO Harapan Jaya. Kali ini tentu sangat memudahkan masyarakat untuk bepergian ke Bandara Dhoho,” ungkapnya.
Kabupaten Kediri telah mencatatkan berbagai pencapaian ekspor di antaranya:
- Ekspor nanas ke Dubai (Februari 2025).
- Rencana ekspor ke Jeddah (Desember 2025).
- Pengiriman PK1 ke Rusia (Januari 2026).
- Adanya peminat dari Eropa dan Jepang untuk berbagai komoditas hortikultura.
“Ya, kami dari pemerintah daerah pastinya mendorong untuk segera ada direct penerbangan dari Kediri dengan luar negeri, konektivitasnya baik untuk umroh haji, untuk perdagangan kargonya, juga untuk ke Asia. Selain juga di penerbangan domestik yang lain,” kata Dewi.
Kasubdit Kerja Sama Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Yudhonur Setyaji mengungkapkan bahwa secara regulasi, terdapat 28 negara yang dapat membuka rute penerbangan dari dan menuju Bandara Dhoho.
Negara – negara tersebut meliputi Turki, Jepang, Malaysia, Singapura, sejumah negara Timur Tengah hingga Amerika Serikat.
“Jadi sekali lagi, Bapak dan Ibu, khususnya kepada Bapak dan Ibu pemangku kebijakan di tingkat daerah, manfaatkan 28 destinasi ini. Tidak hanya untuk haji dan umroh, tapi juga bisa untuk pariwisata maupun untuk kegiatan kargo,” tuturnya.
Vice Chairman Barindo, Farshal Hambali, yang memimpin 28 delegasi perwakilan maskapai internasional menyatakan komitmen penuh untuk mendorong maskapai membuka rute ke Kediri.
Namun, dia menekankan perlunya dukungan promosi, insentif biaya dan penguatan ekosistem aviasi dari daerah.
“Kami dari Barindo percaya bahwa setiap bandara baru membuka peluang baru, peluang perdagangan, peluang investasi, peluang UMKM dan yang paling penting semua ini bisa menjadi manfaat bagi masyarakat di sekitar,” ujar Farshal. B




