Angkasa Pura Airports Telah Siapkan Skema Restrukturasi Finansial Dan Operasional

Angkasa Pura Airports. (dok. ap1.co.id)

Angkasa Pura Airports tengah mengalami tekanan kinerja operasional dan finansial akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini.

Menyikapi hal ini, manajemen Angkasa Pura Airports (PT Angkasa Pura I) tengah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan yang diharapkan rampung pada Januari 2022, sehingga perusahaan kemudian dapat bangkit dalam beberapa waktu ke depan.

Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura Airports.

Pada tahun 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura Airports mencapai 81,5 juta penumpang. Namun, saat pandemi Covid-19 melanda pada awal tahun 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang.

Tahun 2021 ini diprediksi trafik penumpang di bandara Angkasa Pura Airports hanya mencapai 25 juta penumpang.

Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura Airports tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity, seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun.

Selain itu, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp2,03 triliun, dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp2,6 triliun.

Baca juga :   Bandara di Purbalingga Siap Layani Kembali Penerbangan Komersial

Demikian juga beberapa pengembangan bandara lainnya, seperti di Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang dimana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal, dan berbagai sumber lain yakni kredit sindikasi perbankan, serta obligasi.

Menurut Direktur Utama Angkasa Pura Airports Faik Fahmi, hal tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara Tanah Air tetap terbuka dan mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik.

Adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar.

Pendapatan tahun 2019 yang mencapai Rp8,6 triliun anjlok di tahun 2020, perusahaan hanya meraih pendapatan Rp3,9 triliun dan diprediksi pada tahun 2021 pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang.

“Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura Airports harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara,” tutur Fahmi dalam rilis perusahaan.

Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir.

Baca juga :   Angkasa Pura Airports Layani 176.000 Penumpang Saat Puncak Libur Tahun Baru 2023

Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura Airports.

“Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi terhadap kinerja Angkasa Pura Airports, yaitu dengan melakukan restrukturisasi operasional dan finansial,” jelas Fahmi.

Angkasa Pura Airports dalam hal restrukturisasi, dia menambahkan, akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional, seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).

“Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan, terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fund raising,” katanya.

Hal yang menggembirakan adalah adanya kenaikan trafik penumpang di akhir-akhir ini hingga mencapai 129.000 pada 28 November lalu dari rata-rata trafik sebelumnya yang hanya hanya sekitar 55.000 – 60.000 per hari. “Ini yang membuat optimisme kami terjaga.” B

Komentar