Danantara Akan Konsolidasi 18 BUMN Logistik Jadi Satu Holding

Petugas tengah mempersiapkan kargo yang hendak dikirim. (dok. kailogistik)
Bagikan

Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berencana mengonsolidasikan 18 badan usaha milik negara (BUMN) di sektor logistik menjadi satu entitas holding.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi restrukturisasi besar-besaran BUMN di bawah pengelolaan Danantara Asset Management yang berperan sebagai super holding.

Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengatakan, konsolidasi ini dilakukan untuk memperkuat skala bisnis dan memperbaiki kinerja perusahaan pelat merah yang selama ini berjalan secara terpisah.

“Sekarang dengan mudah (kita corporate action), misalkan contohnya ada 18 perusahaan yang bergerak di bidang logistik, tapi masing – masing kecil – kecil dan semua rugi. Ini kita lihat bisnis modelnya, kemudian kita analisa satu per satu, lalu kita lakukan bisnis konsolidasi dari 18 menjadi satu,” jelas Dony dalam acara di JICC, Senayan, Jakarta.

Menurut Dony, konsolidasi tersebut akan mencakup penataan ulang model bisnis, alur pendapatan, struktur organisasi hingga kebutuhan pendanaan perusahaan.

“Kita desain ulang bisnis modelnya, revenue stream-nya, revenue parameters-nya, organization structure. Kita cek satu per satu berapa kebutuhan financial, mainnya di mana, dari first mile sampai last mile atau di middle mile saja. Kita desain ulang,” kata dia.

Selain sektor logistik, Danantara juga tengah menyiapkan program restrukturisasi terhadap sejumlah BUMN bermasalah seperti Krakatau Steel dan Garuda Indonesia.

Dia menyebutkan, langkah tersebut sebagai bagian dari 22 program kerja Danantara hingga akhir tahun ini, termasuk restrukturisasi besar – besaran yang dilakukan terhadap lebih dari 1.000 BUMN di Indonesia.

Danantara kini membawahi dua anak perusahaan, yaitu Danantara Asset Management dan Danantara Investment Management.

Danantara Asset Management bertugas mengelola seluruh perusahaan pelat merah yang sebelumnya berada langsung di bawah Kementerian BUMN, sedangkan Danantara Investment Management mengelola investasi dari hasil dividen badan usaha tersebut.

Adapun keberhasilan Danantara, jelas Dony, akan sangat bergantung pada kemampuan dalam mengelola BUMN.

Dengan sistem baru ini, keuntungan dari BUMN yang sehat bisa digunakan untuk membantu perusahaan lain yang masih berpotensi namun bermasalah.

“Seluruh BUMN kita terkonsolidasikan ke dalam Danantara Asset Management sebagai super holding. Jadi seluruh keuntungan ini bisa membantu satu sama lain selama perusahaan itu memiliki prospek yang baik,” jelasnya.

Dia menambahkan, Danantara juga menargetkan 1.063 entitas BUMN yang ada saat ini dapat disusutkan menjadi sekitar 200 perusahaan yang lebih solid dan efisien.

“Nanti dari 1.063 perusahaan BUMN itu akan menjadi sekitar 200-an perusahaan yang solid dan punya skala besar. Ini yang menjadi engine of growth-nya nanti ke depan,” tutur Dony. B

Komentar

Bagikan