PT Pos Indonesia mendukung tumbuhnya ekosistem logistik hingga pelosok desa melalui Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP).
Ekosistem logistik tersebut diharapkan dapat mendorong biaya logistik yang lebih efisien.
Menurut Direktur Business Development dan Portfolio Management Pos Indonesia Prasabri Pesti, KDMP merupakan program prioritas pemerintah yang ditopang oleh Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025.
Presiden, lanjutnya, menargetkan berdirinya 80.000 koperasi desa/kelurahan di seluruh Indonesia.
Saat ini, telah ada sekitar 15.000 KDMP hingga 16.000 KDMP.
“Pos Indonesia akan mengambil peran penting dalam ekosistem KDMP, khususnya dalam aspek logistik. Agen Pos menjadi salah satu pintu masuk agar koperasi dapat berfungsi layaknya Kantor Pos di desa atau kelurahan,” jelas Prasabri dalam keterangan tertulisnya.
Dia menambahkan, Agen Pos di KDMP memiliki fungsi ganda.
Pertama, sebagai titik layanan kurir bagi masyarakat yang ingin mengirim paket, surat atau dokumen.
Kedua, sebagai mitra aktif yang bisa menjemput bola, membantu UMKM setempat dalam mengirimkan produk ke konsumen maupun marketplace.
“Dengan menjadi Agen Pos, koperasi otomatis sudah menjadi Kantor Pos. Masyarakat bisa kirim barang, beli materai, membayar tagihan listrik, telepon hingga layanan keuangan, semuanya bisa dilakukan di KDMP,” tuturnya.
Dia mengatakan hal tersebut saat webinar bertema Membangun Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih melalui Agen Pos secara daring melalui Zoom dan diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah.
Prasabri menuturkan, Pos Indonesia membagi implementasi dukungan logistik KDMP dalam tiga tahap.
Tahap pertama mencakup penyediaan konsultasi logistik, distribusi barang, pergudangan, hingga dukungan penyaluran bansos dan operasi pasar.
Agen Pos menjadi bagian penting di fase ini karena langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat.
Tahap kedua akan memperluas peran KDMP ke level distribusi sekunder, termasuk pengelolaan transportasi melalui Transport Management System (TMS) dan pengelolaan pergudangan dengan Warehouse Management System (WMS).
“Semua ini agar koperasi bisa mengelola logistik secara lebih profesional, efisien, dan terukur,” ungkapnya.
Adapun tahap ketiga diarahkan untuk membawa koperasi desa ke pasar yang lebih luas, termasuk go global melalui integrasi dengan platform Pos Aja UMKM dan pembukaan storefront digital bagi produk – produk unggulan desa.
Menurut Prasabri, tantangan logistik masih menjadi hambatan besar bagi banyak usaha di Indonesia. Biaya distribusi yang tinggi kerap membuat harga produk tidak kompetitif.
“Di sinilah Pos Indonesia hadir, menjadi mitra sekaligus konsultan logistik agar koperasi lebih efisien dalam menjalankan bisnisnya,” ujarnya.
Webinar ini menjadi pembuka dari rangkaian webinar series yang akan digelar secara berkala.
Setiap sesi akan membahas tema – tema strategis, mulai dari pengelolaan Agen Pos, pergudangan, distribusi hingga strategi pemasaran digital.
Dengan dukungan Pos Indonesia, koperasi desa/kelurahan diharapkan tidak hanya menjadi wadah simpan pinjam atau penyalur sembako, tetapi juga pusat layanan logistik modern yang terkoneksi dengan 4.800 kantor pos di seluruh Indonesia dan terhubung dengan 228 negara di dunia.
“KDMP adalah gerakan besar untuk menghidupkan kembali koperasi di Indonesia. Pos Indonesia siap mendampingi, agar koperasi tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi motor penggerak ekonomi desa yang berdaya saing,” kata Prasabri.
Selain materi dari pembicara, webinar ini juga membuka ruang diskusi interaktif.
Para peserta yang mencapai lebih dari 600 orang itu dapat bertanya langsung terkait teknis pengelolaan Agen Pos, potensi pendapatan koperasi, hingga model bisnis yang bisa dikembangkan ke depan.
Pos Indonesia juga menggandeng Universitas Logistik dan Bisnis Internasional (ULBI) dalam program ini. Kerja sama tersebut diharapkan memperkuat aspek akademis, riset dan pendampingan dalam pengembangan logistik di KDMP. B




