Kemenhub Pastikan Prioritas Keselamatan Pelayaran yang Utama Atasi Kemacetan di Pelabuhan Ketapang

Kemacetan kendaraan bermotor yang panjang terjadi di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. (dok. hublakemenhub)
Bagikan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen hubla) bergerak cepat menyikapi kemacetan panjang yang terjadi di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang, Banyuwangi.

Antrean kendaraan dilaporkan sepanjang hampir 8 kilometer (km) dari arah utara menuju area pelabuhan, yang sebagian besar terdiri dari kendaraan barang.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Muhammad Masyhud menjelaskan bahwa situasi ini terjadi akibat kombinasi antara gangguan cuaca yang sempat menyebabkan penutupan pelabuhan dan aksi demonstrasi sopir truk yang sempat menutup akses pintu masuk pelabuhan pada 1 Agustus 2025.

“Penumpukan kendaraan tidak terjadi begitu saja. Sejumlah faktor berkontribusi, mulai dari cuaca ekstrem yang memaksa penutupan pelabuhan selama beberapa jam, hingga adanya unjuk rasa sopir truk yang mengganggu arus kendaraan. Kami segera mengambil langkah taktis untuk menormalisasi situasi,” ujarnya.

Masyhud menegaskan bahwa penutupan sementara pelabuhan dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan sebagai langkah tegas untuk menjamin keselamatan pelayaran, baik bagi penumpang maupun awak kapal.

Menurutnya, dalam kondisi cuaca ekstrem dengan angin kencang dan gelombang tinggi, risiko keselamatan meningkat signifikan.

Pada 29 – 30 Juli 2025, pelabuhan sempat ditutup beberapa kali karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat.

Penutupan pertama dimulai pada 29 Juli pukul 08.27 WIB dan baru dibuka kembali tiga jam kemudian pada pukul 11.35 WIB.

Selain itu, penutupan kedua berlangsung di hari yang sama dari pukul 23.35 WIB sampai dengan pukul 00.35 WIB dini hari.

Esoknya, pada 30 Juli, pelabuhan kembali harus dihentikan operasinya sementara mulai pukul 12.35 WIB hingga pukul 15.00 WIB, karena cuaca buruk.

Situasi tersebut mengakibatkan antrean kendaraan terus bertambah di sepanjang jalur masuk ke pelabuhan.

Untuk mengurai kemacetan, Ditjen Hubla mengerahkan seluruh kapasitas kapal yang tersedia.

Hari ini, Sabtu (2/8) tercatat 27 kapal penyeberangan beroperasi, dengan pola 8 trip per kapal setiap hari.

Kapal – kapal ini tersebar di Dermaga MB sebanyak 19 unit dan Dermaga LCM sebanyak 8 unit.

“Situasi ini kami tangani dengan prinsip keselamatan sebagai prioritas utama, tanpa mengabaikan aspek kelancaran layanan publik. Kami juga terus berupaya untuk memastikan semua bisa kembali normal secepat mungkin,” ungkapnya.

Adapun untuk kondisi cuaca per hari ini, data dari BMKG menunjukkan bahwa cuaca terpantau cerah berawan, dengan kecepatan angin 6 knot hingga 20 knot dari arah tenggara, tinggi gelombang berkisar 0,4 meter sampai dengan 1,8 meter, serta jarak pandang sejauh 8 km.

Dia menambahkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan stakeholder dan instansi terkait lainnya untuk pengaturan lalu lintas di sekitar pelabuhan, sekaligus memastikan keamanan dan ketertiban di lapangan.

Sistem pemantauan antrean kendaraan dan keberangkatan kapal dilakukan secara realtime untuk mempercepat respons jika terjadi hambatan baru.

“Kami optimalkan seluruh dermaga yang ada, termasuk koordinasi intensif dengan operator kapal dan pihak ASDP,” ujar Masyhud.

Di tengah kondisi ini, dia mengimbau kepada masyarakat dan para pengguna jasa pelabuhan agar tetap tenang dan mengikuti arahan petugas di lapangan.

Hingga saat ini, arus kendaraan menuju pelabuhan mulai bergerak secara bertahap, dan kapal – kapal penyeberangan terus melakukan percepatan rotasi untuk mengurai sisa antrean. B

 

 

Komentar

Bagikan