Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berkomitmen untuk mendukung upaya meraih kembali green card bagi Kaldera Toba melalui pelaksanaan kegiatan The 1st International Conference: Geo tourism Destination Toba Caldera UNESCO Global Geopark 2025.
Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengungkapkan, keberadaan Geopark Kaldera Toba di Sumatra Utara menjadi bukti nyata bahwa pengembangan pariwisata Indonesia senantiasa menjaga keharmonisan dengan alam, budaya dan ilmu pengetahuan.
“Geopark Kaldera Toba merupakan wujud nyata visi pariwisata Indonesia. Sebuah destinasi yang menghadirkan keharmonisan antara alam, budaya dan ilmu pengetahuan,” ujarnya saat membuka The 1st International Conference: Geo tourism Destination Toba Caldera UNESCO Global Geopark 2025 di Hotel Khas Parapat, Simalungun, Sumatra Utara, baru-baru ini.
Menurut Menpar, dunia mengenal Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keindahan alam bahari yang beragam, tidak hanya keindahan laut, keindahan alam Indonesia juga tersimpan dalam lanskap darat di dalamnya.
Karena Indonesia berada di kawasan Cincin Api (Ring of Fire) Pasifik yang aktif, lanjutnya, aktivitas tektonik tersebut pun membentuk gunung, danau dan bebatuan termasuk kawasan Danau Toba yang kini dilindungi dalam naungan geopark.
“Status geopark bukan hanya sebagai bentuk perlindungan, tetapi juga sebagai peluang untuk membuka ruang pembelajaran dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan,” ungkap Menpar.
Dia menambahkan bahwa kawasan Danau Toba merupakan salah satu lanskap alam paling ikonik di Indonesia yang lahir dari letusan vulkano-tektonik besar sekitar 7.400 tahun yang lalu dan menciptakan kaldera raksasa dengan luas lebih dari 7.000 kilometer persegi.
Tidak hanya itu, kawasan Danau Toba juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati endemik serta tradisi dan budaya Batak yang kaya dan terus hidup di sekitarnya.
“Inilah contoh sempurna tentang bagaimana visi geopark hidup yakni menghubungkan ilmu pengetahuan, warisan budaya dan kemanusiaan,” tuturnya.
Dengan nilai strategis tersebut, lanjut Menpar, destinasi Danau Toba juga sebelumnya menyandang status Destinasi Super Prioritas (DPP) dan kini masuk dalam prioritas percepatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025 – 2029 dengan target mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Sumatra hingga 7,2% pada tahun 2029.
“Mewujudkan visi besar ini tidak cukup dengan kekaguman semata, tetapi harus dikelola dengan kesadaran dan arah yang jelas. UNESCO telah memberikan panduan melalui tiga pilar utama geopark global yang mencakup perlindungan, edukasi dan pengembangan berkelanjutan,” ujarnya.
Menurut Menpar, perlindungan terhadap kawasan ini berarti menjaga warisan geologi, keanekaragaman hayati dan tradisi budaya yang membentuk identitas masyarakat Batak.
Edukasi, katanya, adalah fondasi untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat terkait pentingnya konservasi alam dan budaya setempat.
“Pengembangan berkelanjutan terjadi ketika rasa bangga dan kesadaran tumbuh. Melalui geowisata, kita dapat mendorong inovasi lokal, menciptakan lapangan kerja dan membuka peluang ekonomi baru, tanpa mengorbankan nilai alam maupun budaya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Menpar menilai kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan potensi kekayaan alam dan budaya yang ada di kawasan Danau Toba, apalagi pengembangan pariwisata tidak cukup sekadar membangun infrastruktur saja.
“Namun, juga memerlukan harmoni dengan pengetahuan, diperkaya oleh narasi, dan digerakkan oleh inovasi. Forum seperti ini sangat penting untuk ruang di mana ide tumbuh menjadi aksi,” ujarnya.
Sebagai implementasi dari pengembangan dan penguatan infrastruktur di kawasan Danau Toba, Menpar pun mendorong agar pemerintah setempat dan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara menghadirkan papan – papan informasi yang menjelaskan mengenai geosite yang ada di sekitar Danau Toba.
“Jadi, nanti turis yang datang itu bisa mengerti tentang geosite-geosite ini dan memperoleh ilmu mulai terjadinya kawah dan jenis bebatuan yang ada di sini,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Utara Muhammad Bobby Afif Nasution menegaskan, potensi wisata yang ada di kawasan Danau Toba perlu dimanfaatkan dan dikembangkan dengan kolaborasi bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pihak terkait lainnya.
Jadi, lanjutnya, potensi keindahan alam dan budaya yang ada di kawasan Danau Toba bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
“Maka apa yang Tuhan berikan kepada kita hari ini bukan hanya menjadi pandangan indah yang bisa dinikmati oleh mata tapi juga bisa kita gunakan untuk menulis dan berpikir, menceritakan kembali tentang kebudayaan kita yang ada di dalamnya yang terus diwariskan dari leluhur dan juga tentang alam ini yang selama ini memberikan manfaat yang luar biasa,” tuturnya.
Kemudian, kata Gubernur Bobby, mengajak untuk berpikir mengoptimalkan potensi alam yang sudah dibentangkan dalam kehidupan ini agar bisa mendatangkan manfaat ekonomi hingga mampu menyejahterakan masyarakat yang ada di sekitarnya. B