PTDI Gandeng Perusahaan Jerman Heggemann Kembangkan Komponen CN235 220 Secara Mandiri

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menggandeng perusahaan Jerman Heggemann dalam pengembangan komponen CN235-220 secara mandiri. (dok. istimewa)
Bagikan

PT Dirgantara Indoensia (PTDI) adalah satu – satunya industri pesawat terbang di Asia Tenggara yang sukses membuat pesawat jenis CN 235 220.

Informasi PTDI menjelaskan bahwa pesawat CN235-220 buatan PTDI adalah armada yang mampu menampung 49 tentara lengkap atau sekitar 34 pasukan terjun payung untuk operasi penyisipan lintas udara.

Bahkan, apabila tidak diperlukan untuk operasi penerjun payung, maka kursi samping di kabin pesawat dapat dinaikkan untuk mengakomodasi kebutuhan transportasi kargo atau dengan cepat dipasang kembali hingga 18 tandu untuk misi evakuasi medis dan bantuan bencana.

CN235-220 memiliki berat lepas landas maksimum (MTOW) sebesar 16.500 kg dan mampu membawa muatan hingga 5.200 kg.

Dengan muatan maksimum, tulis informasi PTDI, pesawat ini memiliki jangkauan sekitar 414 n mil.

Dua mesin General Electric CT7-9C yang menggerakkan dua baling – baling Hamilton Standard HS 14 RF-21 berbilah empat, sehingga mampu mencapai kecepatan maksimum 237 kt dengan kecepatan jelajah irit 169 kt,

Perusahaan Indonesia mengembangkan varian CASA/IPTN CN-235 dengan transfer teknologi dari CASA Spanyol pada tahun 1980-an.

Didukung oleh dua mesin General Electric CT7-9C, pesawat ini memiliki kecepatan maksimum 237 knot (440 kilometer/273 mil per jam) dan kecepatan jelajah 169 knot (312 kilometer/194 mil per jam).

Pesawat CN235-220 yang dibuat PTDI Indonesia memiliki sejumlah keunggulan, antara lain kemampuan lepas landas dari landasan pendek yang tidak beraspal dan berumput.

Selain itu, dengan sistem avionik glass cockpit, autopilot, disertai ramp door dan winglet di setiap ujung sayap untuk stabilitas dan penghematan bahan bakar yang lebih baik.

Informasi PTDI menambahkan bahwa pesawat CN 235-220 dapat mengangkut beban maksimal hingga 4.700 Kg ataupun dengan jumlah penumpang sebanyak 36 orang, menjadikan pesawat ini cocok sebagai solusi terbaik untuk berbagai kebutuhan dari operator sipil maupun pemerintah di segmen kelas pesawat ringan, sedang.

Pesawat CN235-220 telah mendapatkan pengalaman luas dalam misi komersial, misi sipil, misi bantuan bencana dan misi nonmiliter lainnya.

Pesawat ini telah digunakan secara luas dalam misi transportasi udara harian (terjadwal dan tidak terjadwal), penyebaran dan dukungan logistik untuk pasukan penjaga perdamaian, serta misi sipil lainnya untuk kepentingan masyarakat.

CN 235-220 dapat terbang pada ketinggian hingga 25.000 kaki dengan kecepatan mencapai 237 kts tanpa kehilangan karakteritik pesawat saat sedang terbang rendah dan juga kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL) .

Pesawat ini dilengkapi dengan dua mesin termutakhir turboprop General Electric GE CT7-9C dengan masing – masing mampu mengeluarkan tenaga sebesar 1.750 SHP.

Di kelasnya, CN 235-220 memiliki kemampuan manuver yang sangat baik, dengan respon mesin yang sangat baik memiliki kemampuan hot dan high performance yang luar biasa, sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar dan membuat pesawat ini bisa terbang sampai 11 jam.

Pesawat CN235 220 buatan PTDI akan semakin bagus, karena PT Dirgantara Indonesia berusaha mengembangkan sendiri komponennya, bahkan PTDI sengaja melakukannya dengan menggandeng perusahaan asal Jerman.

Informasi akun Facebook PTDI pada 11 Juni 2025 menyebutkan bahwa PTDI sepakati Framework Agreement (FA) dengan Perusahaan teknologi kedirgantaraan terkemuka asal Jerman, Heggemann pada hari pertama penyelenggaraan Indo Defence 2024 Expo & Forum yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

Perjanjian ini mencakup kerja sama Joint Marketing untuk program pengembangan Landing Gear dan Engine Air Intake untuk pesawat CN235-220.

Dokumen FA ini ditandatangani secara simbolis oleh Direktur Niaga, Teknologi dan Pengembangan PTDI Moh. Arif Faisal dan Chief Executive Officer Heggemann Christian Howe.

Kesepakatan ini merupakan langkah strategis dalam mendorong kemandirian industri pertahanan nasional, khususnya dalam pembangunan kemampuan manufaktur komponen landing gear dan engine air intake secara mandiri di dalam negeri.

Dengan begitu, PTDI tidak hanya memperkuat rantai pasok industri lokal, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan daya saing program pesawat CN235-220 agar tetap mampu berkontribusi secara signifikan di pasar global.

Kolaborasi ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen, sehingga dapat memperkuat posisi industri kedirgantaraan nasional.

“Kami percaya bahwa sinergi dengan mitra internasional seperti Heggemann akan mempercepat penguasaan teknologi strategis dan menjaga relevansi produk unggulan Indonesia di pasar global,” tutur Arif Faisal.

Kerja sama ini menjadi bukti nyata bahwa PTDI terus memperkuat posisi sebagai pelaku utama dalam industri pertahanan dan dirgantara nasional, sekaligus menghadirkan solusi teknologi yang adaptif terhadap kebutuhan nasional dan internasional di masa mendatang. B

 

Komentar

Bagikan