PT Hutama Karya (Persero) menerapkan inovasi landas putar Sosrobahu pada pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak Paket 1A.
Metode ini memungkinkan progres konstruksi jalan tol tetap berjalan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap arus lalu lintas di jalan arteri yang padat.
Menurut EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim, penggunaan metode Sosrobahu merupakan strategi efektif untuk mengatasi tantangan pembangunan di kawasan padat.
“Penggunaan teknologi Sosrobahu pada Tol Semarang – Demak Paket 1A bertujuan untuk meminimalisir gangguan lalu lintas di jalan arteri yang memiliki volume kendaraan sangat tinggi,” katanya.
Dengan metode ini, dia menambahkan, Hutama Karya dapat mengerjakan struktur pier head atau balok melintang tanpa harus menutup jalur di bawahnya.
Adjib menambahkan bahwa teknologi Sosrobahu diterapkan pada empat tiang penyangga di jalur Tol Semarang – Demak Paket 1A (P10, P11, P13, dan P14) di area elevated, yang berada di antara dua jalur jalan arteri aktif dan berdekatan dengan akses menuju aktivitas bisnis.
Pelaksanaan Pemutaran berlangsung kurang lebih dua bulan dengan pemutaran pertama dari Pier P11 pada 18 Mei 2025, diikuti pemutaran kedua P10 pada 3 Juni 2025.
Kemudian, pemutaran ketiga P14 dan terakhir pemutaran keempat P13 pada pertengahan Juni 2025 atas koordinasi dengan dinas perhubungan setempat.
Untuk mendukung pelaksanaan agar berjalan lancar, Hutama Karya melakukan sosialisasi melalui media sosial, saluran radio lokal dan memasang rambu manajemen lalu lintas terkait persiapan pekerjaan Sosrobahu ini di sekitar area proyek.
Tanpa teknologi Sosrobahu, lanjut Adjib, proses konstruksi konvensional berpotensi menyebabkan kemacetan, mengganggu akses menuju aktivitas bisnis dan menimbulkan keluhan masyarakat.
“Metode ini memungkinkan pier head dibangun sejajar dengan sumbu jalan, lalu diputar 90 derajat ke posisi akhir menggunakan sistem hidrolik,” jelasnya.
Metode Sosrobahu memiliki beberapa keunggulan, termasuk efisiensi waktu pengerjaan yang lebih singkat, biaya pengaturan keselamatan lalu lintas yang lebih efisien dan pekerjaan konstruksi yang tetap berjalan tanpa mengurangi ruang jalan arteri.
Teknologi ini sangat ideal untuk lingkungan perkotaan yang padat dan minim ruang gerak alat berat.
Selain penerapan teknologi Sosrobahu, Hutama Karya juga melakukan koordinasi intensif dengan pihak kepolisian, Dinas Perhubungan, dan stakeholder lainnya untuk mitigasi dampak konstruksi.
Langkah – langkah seperti pemasangan rambu – rambu jelas, penerangan yang cukup pada malam hari dan penugasan petugas flagman khusus untuk mengatur lalu lintas telah dilakukan untuk memastikan keselamatan pengguna jalan.
Menurut Adjib, Hutama Karya selalu mengedepankan keselamatan dan kenyamanan masyarakat dalam setiap proyek yang dikerjakan.
“Pada proyek ini, teknologi Sosrobahu tidak hanya menunjukkan kapabilitas teknis, tetapi juga komitmen perusahaan untuk meminimalkan dampak konstruksi terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat,” tuturnya.
Progres pembangunan Tol Semarang-Demak Paket 1A yang digarap melalui Kerja Sama Operasi (KSO) dengan Beijing Urban Construction Group (KSO HK – BUCG) telah mencapai 64,2%.
Adapun pemasangan landas putar dengan metode Sosrobahu ini menjadi milestone penting dalam penyelesaian proyek.
Setelah selesai, tol ini akan meningkatkan konektivitas serta memberikan perlindungan dari dampak banjir rob yang biasa terjadi di wilayah pesisir Semarang dan Demak.
Jala tol ini juga diharapkan dapat mengurai kemacetan di jalan nasional, Pantura dan meningkatkan produktivitas ekonomi di kedua wilayah di Jawa Tengah tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo dalam kunjungannya pada 1 Januari 2025 mengatakan, pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak masih berjalan sesuai dengan timeline dengan target tuntas April 2027.
“Secara keseluruhan tidak ada kendala, hanya saat musim – musim seperti ini saja yakni angin kencang dan hujan deras, sehingga otomatis kapasitas kerja juga berkurang karena memang safety pekerjaan yang kita utamakan,” ungkapnya. B