Stasiun Manggarai, Jakarta akan menjadi pusat kawasan Transit Oriented Development (TOD), yakni pengembangan sebagai stasiun sentral pertama dan terbesar di Indonesia.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (DJKA Kemenhub) Zulfikri menjelaskan, DJKA akan bersinergi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta dan stakeholders terkait untuk menata lingkungan di sekitar Stasiun Manggarai.
“Penataan tersebut dimaksudkan untuk menunjang operasional Stasiun Manggarai. Kami juga terus berkoordinasi dengan Pemda DKI Jakarta terkait akses dan penataan ruang di sekitar stasiun,” katanya.
Zulfikro menjelaskan, fungsi Stasiun Manggarai sebagai kawasan TOD berada di atas lahan seluas 2,4 hektare. Pengembangan stasiun ini diproyeksikan menjadi episentrum baru dari pergerakan masyarakat di kawasan aglomerasi Jabodetabek.
“Integrasi antarmoda juga akan menjadi fokus utama pengembangan Stasiun Manggarai agar memudahkan mobilitas masyarakat, sekaligus meningkatkan ridership yang melalui stasiun ini,” jelasnya.
Hal tersebut sejalan dengan paparan yang disampaikan oleh DJKA Kemenhub di hadapan media dan komunitas pecinta kereta api pada Kamis (7/7/2022).
Dalam kegiatan ini disampaikan pula latar belakang dan rencana pengembangan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral.
Zulfikri menuturkan, terdapat kebutuhan yang mendesak dan perlu segera dituntaskan oleh DJKA melalui pengembangan Stasiun Manggarai.
Sebelumnya, stasiun ini dikembangkan relatif sangat terbatas untuk melayani perjalanan kereta api (KA) dan lonjakan jumlah penumpang yang cukup signifikan setiap tahunnya.
“Dengan hanya delapan jalur untuk KRL dan dua jalur untuk KA antarkota, Stasiun Manggarai harus menanggung beban sejumlah 726 perjalanan KA setiap harinya dengan total 1,2 juta penumpang, sehingga menyebabkan penumpukan dan antrian kereta untuk masuk ke Stasiun Manggarai,” jelasnya.
Zulfikri optimistis melalui pembangunan Stasiun Manggarai ini, permasalahan dalam layanan kereta api komuter di kawasan aglomerasi Jabodetabek perlahan dapat diatasi.
Sebab, dia menambahkan, nantinya Stasiun Manggarai akan memiliki 18 jalur aktif untuk melayani Kereta Rel Listrik (KRL), KA Jarak Jauh, dan KA Bandara.
Stasiun ini juga akan dilengkapi dengan area concourse yang luas untuk mendukung mobilitas penumpang. Namun, Zulfikri menyadari akan ada ketidaknyamanan yang muncul selama proses pembangunan berlangsung.
Zulfikri menyatakan, masih akan ada beberapa tahapan lagi yang perlu dilakukan sebelum akhirnya Stasiun Manggarai dapat selesai dibangun menjadi stasiun sentral.
“Setelah switch over (SO) 5, masih akan ada SO 6 yang direncanakan pada Oktober 2023, hingga SO 8 yang direncanakan Juli 2025, sebelum Stasiun Manggarai dioperasikan sepenuhnya sebagai stasiun sentral,” paparnya.
Oleh sebab itu, Zulfikri berharap rekan-rekan sekalian dapat memahami pembangunan yang sedang berlangsung dan bersabar atas kondisi yang dialami untuk menyambut Stasiun Manggarai yang lebih megah dan nyaman.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo menegaskan, jajarannya siap mendukung upaya DJKA dalam mengembangkan Stasiun Manggarai.
“Kami akan mengupayakan optimalisasi prasarana termasuk peron pada Stasiun Manggarai untuk menunjang operasional kereta api agar pembangunan dapat berlangsung dengan lancar,” katanya.
Terkait dengan penambahan kamera CCTV yang diusulkan oleh komunitas, Didiek menyebut saat ini pihaknya sudah memiliki kamera dengan teknologi face recognition untuk mengurangi tingkat kejahatan dan pelecehan seksual di stasiun dan kereta api.
Didiek menuturkan, KAI Group siap mendukung dengan menambah KA feeder untuk KRL Commuterline dan peningkatan, serta penambahan kapasitas angkut untuk mengurangi penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai. B