PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kapabilitas nasional di bidang teknologi roket.
Melalui penandatanganan sejumlah kerja sama strategis dengan mitra dari dalam dan luar negeri, PTDI mendorong kolaborasi untuk memperkuat kemandirian industri pertahanan nasional dan mempercepat penguasaan teknologi sistem senjata roket.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini memiliki rekam jejak panjang dalam pengembangan roket dan telah memiliki lisensi resmi dari Thales Belgium untuk memproduksi motor rocket berkaliber 70 mm.
Sejak tahun 1985, PTDI telah berhasil memproduksi dan mengirimkan lebih dari 43.000 unit Folding Fin Aerial Rocket (FFAR) dan Wrap Around Fin Aerial Rocket (WAFAR) 70 mm dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai sekitar 20% hingga 40%, dengan kapasitas produksinya mampu mencapai 10.000 unit per tahun.
Mengenai warhead, PTDI telah berhasil memproduksi lebih dari 40.000 unit dengan TKDN mencapai 60% hingga 85%, yang kapasitas produksinya mampu mencapai 5.000 unit per tahun.
Seluruh program pengembangan roket ini dilakukan di Kawasan Produksi 3, Tasikmalaya, yang telah ditetapkan sebagai Centre of Excellence untuk munisi roket udara kaliber 70 mm dan akan terus dikembangkan dengan teknologi terbaru, seperti guided rocket, anti-drone warhead dan sistem sejenis lainnya.
Dalam hal sertifikasi, pada tahun 2019 PTDI memperoleh Military Air Weapon Type Certificate (TC) dari Indonesian Defence Airworthiness Authority (IDAA) untuk beberapa komponen strategis, seperti Smoke Warhead WD-703 dan Motor Rocket RD-7010, dengan tahun 2021 kembali memperoleh sertifikasi yang sama untuk Motor Rocket RD-702 dan Motor Rocket RD-701.
Sertifikasi ini menjadi bukti bahwa produk roket PTDI telah memenuhi standar keamanan dan kualitas, serta layak digunakan untuk mendukung TNI dalam menjaga kedaulatan negara.
Disaksikan oleh Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan Taufanto, PTDI dan LIG Nex1, perusahaan pertahanan terkemuka asal Korea Selatan menyepakati kerja sama strategis yang mencakup kegiatan joint marketing, penjualan, produksi bersama, serta integrasi sistem senjata.
Integrasi tersebut meliputi torpedo ringan dan rudal anti kapal selam, sonobuoy, roket berpemandu kaliber 70 mm, roket berpemandu kaliber 130 mm, serta bom berpemandu GPS Korea (Korean GPS-Guided Bomb).
Seluruh kegiatan pemasaran dan penjualan bersama sistem senjata ini akan difokuskan di wilayah Indonesia dan kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Perjanjian ini dikukuhkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), yang dilakukan secara simbolis oleh Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI Moh. Arif Faisal dan Executive Vice President Global Business Group, LIG Nex1 Paik Hyung Shik, baru – baru ini.
Kolaborasi tersebut mempertegas eratnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan sistem pertahanan modern yang saling menguntungkan dan berorientasi ke masa depan.
Sebagai bagian dari penguatan kolaborasi dalam negeri, PTDI juga telah sepakati MoU dengan PT SAS Aero Sishan untuk pengembangan unit peluncur roket 70 mm dan pengadaan roket uji, serta pengembangan, produksi, pemasaran dan pemeliharaan roket FFAR 70 mm, dan Guided Rocket Merah Putih.
Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas integrasi sistem senjata secara lokal guna memperkuat rantai pasok industri pertahanan nasional dan mendorong terwujudnya kemandirian Alutsista.
Berbagai kerja sama ini menegaskan komitmen PTDI dalam memperkuat kemandirian industri pertahanan nasional dan membangun sinergi global demi mendukung sistem pertahanan yang tangguh dan berdaya saing.
Menurut Arif Faisal, kerja sama dengan LIG Nex1 dari Korea Selatan maupun PT SAS Aero Sishan dari dalam negeri merupakan bagian dari upaya memperluas jejaring aliansi teknologi, membuka peluang transfer teknologi, serta memperkuat rantai pasok nasional.
“Dalam rangka peningkatan TKDN, kami ingin memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dapat memberi nilai tambah bagi ekosistem industri pertahanan nasional dan berkontribusi langsung terhadap penguatan kapasitas teknologi dalam negeri,” jelasnya. B