IPCC Perkuat Ekspor Kendaraan Lewat Efisiensi Logistik Terintegrasi

Aktivitas kargo PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (Indonesia Port Corporation Carsecara IPCC). (dok. pelindo.co.id)
Bagikan

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) menyiapkan strategi layanan logistik terintegrasi untuk memperkuat peran Indonesia sebagai basis ekspor kendaraan di kawasan Asia-Oseania.

Menurut Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi, perseroan tidak hanya mengelola terminal kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi juga jaringan terminal satelit dan layanan pendukung dari hulu ke hilir guna menekan biaya logistik, serta mempercepat arus barang.

“Peran IPCC adalah mendukung industri otomotif nasional menjadi basis ekspor, sehingga ekspor kendaraan dari Indonesia bisa bersaing dengan negara lain di kawasan,” ujarnya saat Media Expose SPMT Group di Terminal Kendaraan Indonesia, Jakarta.

Dia menjelaskan, di pasar global produksi kendaraan mencapai sekitar 92 juta unit per tahun, dengan Tiongkok menyumbang sekitar 31 juta unit, Jepang 8,2 juta unit, India 6 juta unit, Korea Selatan 4 juta unit, Thailand 1,5 juta unit, dan Indonesia sekitar 1,2 juta unit.

Posisi Indonesia sebagai produsen dan eksportir di Asia Tenggara masih bersaing di bawah Thailand, lanjut Sugeng, sehingga efisiensi logistik menjadi kunci agar prinsipal otomotif menjadikan Indonesia sebagai basis produksi sekaligus ekspor ke berbagai negara tujuan.

Hingga Oktober 2025, ekspor kendaraan yang ditangani melalui IPCC tercatat mencapai sekitar 318.000 unit, tumbuh lebih dari 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, impor kendaraan masih jauh lebih kecil, hanya sekitar 6% dari total arus kendaraan yang melalui terminal tersebut.

Perseroan menargetkan peningkatan ekspor pada tahun 2026 sejalan dengan proyeksi kenaikan kunjungan kapal internasional sekitar 5% hingga 10%.

Guna memperkuat daya saing, IPCC mengembangkan layanan terintegrasi mulai dari pusat pengiriman awal (Pre-Delivery Center/PDC), inspeksi, penambahan aksesori, layanan perawatan ringan hingga distribusi kendaraan ke penyalur melalui kerja sama dengan perusahaan logistik dan prinsipal otomotif.

Dari sisi operasional pelabuhan, Sugeng mengatakan, IPCC terus memperluas digitalisasi proses pelayanan dan dokumen kepelabuhanan melalui integrasi dengan sistem Pelindo untuk peningkatan efisiensi dan transparansi pergerakan kendaraan.

Dengan digitalisasi dan integrasi layanan, katanya, idle time (waktu tunggu) kendaraan di pelabuhan bisa dikurangi, post stay (waktu berlabuh total) dan cargo stay (durasi barang di pelabuhan) menjadi lebih pendek, sehingga biaya logistik dapat ditekan.

Sugeng menegaskan bahwa IPCC juga memposisikan sebagai salah satu simpul utama dalam ekosistem kendaraan listrik nasional dengan menyiapkan area khusus, fasilitas pengisian daya dan layanan penanganan, serta distribusi bagi berbagai merek kendaraan listrik yang memanfaatkan insentif pemerintah.

Sementara itu, Direktur Operasi PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) Arif Rusman Yulianto menambahkan, langkah IPCC sejalan dengan strategi Pelindo pascamerger yang membagi bisnis berdasarkan segmen layanan.

SPMT sebagai subholding mengelola terminal nonpeti kemas, termasuk terminal kendaraan yang dioperasikan IPCC di sejumlah pelabuhan.

“Fokus kami adalah menurunkan waktu sandar kapal dan waktu tinggal barang melalui standarisasi proses bisnis, peningkatan kompetensi SDM, penguatan infrastruktur serta penerapan K3 dan HSSE, sehingga kontribusi terhadap penurunan biaya logistik nasional semakin nyata,” tutur Arif. B

Komentar

Bagikan