Pengembangan integrasi transportasi menjadi salah satu upaya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam meningkatkan konektivitas antarmoda.
Kemenhub berkomitmen terus meningkatkan integrasi transportasi untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, sehingga mewujudkan perkotaan yang lebih nyaman.
Menurut Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (Intram) Risal Wasal, integrasi transportasi bertujuan untuk menciptakan transportasi yang terintegrasi secara lancar, sehingga terjadi efisiensi biaya, kecepatan, ketepatan, kemudahan dan kenyamanan.
“Kami memastikan bagaimana antar wilayah terhubung, antara first mile dengan last mile terintegrasi dan berkelanjutan,” ujarnya pada acara Press Background: Integrasi Transportasi Sektor Darat dan Kereta Api di Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Adapun rencana pengembangan integrasi transportasi dan multimoda pada Ditjen Intram sepanjang 2025 – 2029, meliputi 10 kawasan metropolitan, sembilan wilayah Terpencil, Terdepan, Tertinggal dan Perbatasan (3TP), lima Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP), dan 10 Daerah Pariwisata Prioritas (DPP).
“Pengembangan tersebut termasuk pengembangan 13 stasiun kereta api dan tiga terminal,” ungkapnya.
Konsep integrasi layanan transportasi tidak hanya integrasi fisik saja, melainkan integrasi tarif, integrasi operasional, integrasi informasi dan integrasi kebijakan.
Pada sektor transportasi darat, sebanyak 17 layanan angkutan perkotaan di 13 kawasan perkotaan telah terintegrasi dengan simpul stasiun kereta api antara lain di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Medan, Palembang, Bandung Raya, Surakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Layanan transportasi umum berbasis jalan ini telah melayani stasiun kereta api (KA) perkotaan, seperti Moda Raya Terpadu (MRT), Lintas Raya Terpadu (LRT) dan Kereta Commuterline, serta Stasiun Kereta Api (KA) Antarkota.
Direktur Prasarana Transportasi Jalan Toni Tauladan menuturkan, Kemenhub aktif berkoordinasi dengan pemerintah daerah maupun pemerintah kota dalam mewujudkan integrasi transportasi di sektor transportasi darat.
“Koordinasi kami, terutama dalam hal kebijakan untuk memastikan tingkat layanan yang sama baiknya bagi penumpang angkutan umum. Seperti layanan Teman Bus yang sudah diupayakan terintegrasi dari first mile hingga last mile,” tuturnya.
Untuk memperluas dan memperkuat pengembangan integrasi transportasi, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kemenhub menyiapkan sejumlah dukungan kepada Ditjen Intram.
Dukungan tersebut antara lain menyiapkan data teknis guna mempermudah Ditjen Intram dalam menyimpulkan integrasi antara moda darat dengan moda lainnya, salah satunya moda kereta api.
“Integrasi ini diperlukan karena di Indonesia sebagai negara kepulauan, sangat jarang terjadi satu layanan transportasi mampu mengakomodir perjalanan dari satu tempat ke tujuan. Untuk itu, integrasi transportasi diharapkan tidak hanya mengakomodasi satu layanan, tetapi juga antarmoda,” jelas Toni.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Arif Anwar memaparkan, pengembangan integrasi fisik pada bidang perkeretaapian bertujuan mencapai kondisi ideal, dengan stasiun multimoda yang terhubung, layanan feeder, kawasan Transit Oriented Development (TOD), fasilitas alih moda, park and ride, dan stasiun dengan desain yang inklusif.
“Jika sebelum adanya konsep TOD area pemukiman, pedestrian, area bisnis dan transportasi umum terpisah, maka setelah konsep TOD diterapkan diharapkan semua terhubung sehingga mudah memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk bergerak,” kata Arif.
Implementasi pengembangan integrasi layanan perkeretapian telah dilakukan di beberapa kawasan di antaranya kawasan TOD Blok M dan Tanah Abang, Sky Bridge integrasi stasiun MRT Asean dan Halte Transjakarta, Kawasan Dukuh Atas, pengembangan Stasiun Baru Jatake, serta pengembangan Stasiun Tigaraksa. B