
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di sejumlah daerah tujuan wisata selama libur panjang sekolah.
Meskipun Indonesia telah memasuki periode musim kemarau, kondisi atmosfer yang masih labil menyebabkan sejumlah wilayah tetap berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat, disertai angin kencang dan petir.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, musim kemarau tahun ini belum merata karena angin Monsun Australia, yang menjadi pendorong utama kemarau, masih relatif lemah.
Selain itu, suhu muka laut yang lebih hangat dari normal di Selatan Indonesia turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan deras meskipun secara klimatologis sudah memasuki musim kemarau.
“Seharusnya, pada periode Maret hingga Mei angin Monsun Australia sudah dominan membawa massa udara kering dari Selatan,” katanya dalam laman bmkg.go.id.
Namun, dia menambahkan, tahun ini kekuatannya tertahan, sehingga sistem atmosfer skala mingguan, seperti Madden – Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby dan gelombang Kelvin masih aktif dan turut mendorong pembentukan awan – awan hujan.
Dwikorita menuturkan, dalam sepekan ke depan, wilayah Indonesia bagian Selatan, termasuk beberapa destinasi wisata utama, diperkirakan mengalami peningkatan tutupan awan dan curah hujan.
Aktivitas MJO yang saat ini berada di wilayah Indonesia, terutama meliputi Jawa bagian Tengah dan Timur, Bali, Nusa Tenggara, serta sebagian Kalimantan, menjadi pemicu utama kondisi ini.
Selain itu, kelembapan atmosfer yang masih tinggi dan angin timuran yang belum stabil menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya hujan, bahkan di kawasan yang biasanya sudah kering di musim kemarau.
Pada wilayah pegunungan, hujan berpotensi memicu longsor atau tumbangnya pohon, sedangkan di wilayah laut, angin kencang dan gelombang tinggi dapat mengancam keselamatan aktivitas wisata air.
Dwikorita menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam merencanakan perjalanan liburan, terutama menuju destinasi, seperti kawasan Puncak, Bandung Utara, Yogyakarta, Malang, dan Batu, yang berpotensi mengalami hujan pada siang hingga malam hari.
Sementara itu, kawasan wisata pesisir, seperti Bali dan Lombok juga perlu diwaspadai karena potensi gelombang tinggi dan angin kencang dari arah timur yang dapat membahayakan aktivitas di laut.
Pada wilayah Labuan Bajo dan Nusa Tenggara Timur, hujan lebat dan angin kencang juga diperkirakan dapat terjadi, terutama pada sore hingga malam hari.
Masyarakat yang hendak bepergian ke tempat wisata, kata Dwikorita, agar selalu memperhatikan informasi cuaca terkini dari BMKG.
“Jangan hanya mengandalkan prediksi berdasarkan musim, karena dinamika atmosfer saat ini sangat aktif dan cepat berubah. Kami terus memutakhirkan prakiraan cuaca harian dan peringatan dini untuk memastikan masyarakat dapat berwisata dengan aman dan nyaman,” ujarnya.
Dwikorita juga mengingatkan, dengan kondisi cuaca yang masih dinamis, masyarakat diminta untuk menyesuaikan aktivitas wisata dengan perkembangan cuaca terkini, termasuk membawa perlengkapan, seperti jas hujan dan pakaian hangat, serta menghindari aktivitas luar ruang jika terdapat peringatan cuaca buruk.
Kondisi sepekan terakhir, hujan intensitas lebat (50 mm – 100 mm/hari) hingga sangat lebat (100 mm – 150 mm/hari) tercatat di beberapa wilayah di Indonesia.
Hujan sangat lebat tercatat oleh BMKG pada 27 Juni 2025 di Kabupaten Mimika, Papua Tengah (138.0 mm/hari), Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku (108.1 mm/hari) dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (107.4 mm/hari).
Menurut BMKG, kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun 25% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, potensi hujan intensitas tinggi masih perlu diwaspadai di sejumlah daerah sepekan ke depan.
Dorongan udara kering dari belahan bumi selatan juga memperkuat ketidakstabilan atmosfer dan intrusi udara kering bergerak dari wilayah Selatan, sehingga diprediksi akan melintasi wilayah perairan Selatan Jawa.
Kondisi ini mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab, memicu hujan lebat di bagian Jawa Barat dan Jawa Tengah pekan ini.
BMKG, lanjut Dwikorita, terus memantau perkembangan sistem atmosfer secara real–time dan akan menyampaikan peringatan dini apabila terindikasi adanya peningkatan risiko cuaca ekstrem.
“Seluruh informasi resmi dapat diakses melalui laman http://www.bmkg.go.id, aplikasi mobile infoBMKG dan kanal media sosial resmi @infobmkg,” jelasnya. B